Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Prinsip 7 # Seri Ushul 'Isyrin

"Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan menelaah terhadap dalil-dalil hukum furu' (cabang), hendaklah mengikuti pemimpin agama. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika -- bersamaan dengan sikap mengikutinya -- ia berusaha semampu yang ia lakukan untuk mempelajari dalil-dalilnya. Hendaknya ia menerima setiap masukan yang disertai dengan dalil selama ia percaya dengan kapasitas orang yang memberi masukan itu. Hendaknya ia juga menyempurnakan kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan, jika ia termasuk orang yang pandai, hingga mencapai derajat penelaah" Dalam pasal ketujuh ini merupakan kelanjutan dari pasal keenam. Hasan al-Banna didalam pasal tujuh ini ingin mengatakan kepada kita tentang urgensi ijtihad dan batasan-batasan tentang taklid itu sendiri. Jika dalam pasal keenam, setiap orang dapat diambil ataupun ditolak perkataannya. Namun dalam bahasan pasal ketujuh ini, kita dituntut untuk lebih memahami mengapa kita mengikuti perkataan orang tersebut. "Se

Prinsip 8 # Seri Ushul 'Isyrin

"Khilaf dalam masalah furu'(cabang) hendaknya tidak menjadi faktor pemecah belah agama, tidak menyebabkan permusuhan, dan tidak menyebabkan kebencian. Setiap mujtahid mendapatkan pahalanya, sementara itu tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu karena Allah untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik" Dalam pasal kedelapan ini, ada beberapa poin yang bisa atau dapat kita ambil pelajaran darinya. Yang pertama : permasalahan khilafiyah yang kemudian tidak menjadi pemecah belah, permusuhan dan kebencian. yang kedua : Setiap mujtahid mendapatkan pahala atas apa yang telah di-ijtihad-kan. Yang ketiga : boleh untuk melakukan studi ilmiah yang jujur dalam masalah khilafiyah. Output dari ketiganya adalah tidak ada sikap egoisme dan fanatikisme. Permasalahan khilafiyah tentu saja sudah menjadi bahan diskusi kita, baik di kelas maupun di ruangan kuliah

Prinsip 6 # Seri Ushul 'Isyrin

Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali Al-Ma'shum (Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari kalangan salaf ra. dan sesuai dengan kitab dan sunnah, kita terima. Jika tidak sesuai dengannya, maka Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak boleh melontarkan kepada orang-orang --karena sebab sesuatu yang dipertentangkan dengannya-- kata-kata caci maki dan celaan. Kita serahkan saja kepada niat mereka dan mereka telah berlalu dengan amal-amalnya" Ustadz hasan al-Banna disini ingin mengatakan kepada pengikut perjuangan dan menyeru kepada seluruh manusia agar tidak tertipu dengan sifat taklid (ikut-ikutan tanpa ada ilmunya). Karena setiap orang yang kemudian kita ikuti perkataannya itu bisa salah jika tidak sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Kecuali Rasulullah, setiap perkataan beliau mengandung kebenaran, karena itu mengapa beliau dijuluki al-amin. Ustadz Hasan al-Banna disini mengingatkan ke

Prinsip 5 # Seri Ushul 'Isyrin

"Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat istiadat) maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya." Dalam pasal yang kelima ini, Hasan al-Banna ingin mengatakan bahwa semua pendapat imam yang tidak ada teks hukumnya boleh kita amalkan jika memang itu membawa kemaslahatan ummat. Dari sini juga, semua manusia bisa menggunakan ijtihadnya masing-masing. Jadi dalam mengambil keputusan yang didalamnya tidak mengandung atau tidak ada dalil sebagai landasan hukumnya, maka kita boleh mengambil pendapat imam yang kita yakini atau kita punya ijtihad sendiri.