Skip to main content

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih."- pasal 1 Ushul 'Isyrin -

Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam.


Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agamanya. Mereka menyerukan agar islam hanya ditempatkan di masjid saja, sedangan masalah negara dan tanah air, pemerintahan dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang dan sebagainya dijauhkan dari agama. Kalaupun ingin masuk ke ranah-ranah yang seperti itu, mereka mengatakan, jangan bawa nama islam kedalamnya. Pendapat yang mengatakan bahwa politik itu kotor adalah salah satu ideologisasi dari orang-orang yang benci terhadap islam. Mereka mampu memberikan buktinya yang konkrit. Akhirnya, para ulama-ulama pun dibiarkan mengurusi masjid-masjidnya. Mereka terus dibiayai dalam pembangunan masjid. Masjid memang penting, karena didalamnya penanaman ideologi islam yang sangat kental. Mungkin ini juga yang melatari berdirinya Pondok Pesantren.

Setelah mereka (orang-orang yang benci terhadap Islam) berhasil memisahkan agama orang-orang islam dengan politik, negara dan tanah air, kekuatan dan kasih sayang, dan lain sebagainya, mereka menggunakan kesewenangan mereka untuk mengambil referensi-referensi Islam dari para ulama-ulama terdahulu yang secara intelektual dan keislaman mereka sangat sempurna sekali. Akhirnya orang-orang yang benci terhadap islam membawa referensi dan mereka mempelajarinya, untuk menghancurkan islam.Dalil-dalil dalam al-quran yang membawa unsur kebangkitan negara, tanah air, jihad, materi dan sumber daya alam tidak dimunculkan. Mereka hanya memunculkan dalil-dalil tentang sholat, puasa dan hal-hal yang sifatnya furu'. Mereka membuka diskusi-diskusi yang melemahkan otak. Memabahas hal-hal yang furu' dimana para ahli mujtahid sudah sepakat bahwa jika ada pendapat yang lebih benar maka itu juga pendapatku. Orang-orang islam akhirnya hanya memahami islam secara sektoral, kata Said Hawa dalam bukunya "Membina Angkatan Mujahid". Orang islam yang paham terhadap masalah fiqhiyah tidak dipahamkan untuk memahami juga masalah politik. Orang islam yang paham terhadap masalah ketatanegaraan tidak dipahamkan untuk memahami juga masalah fiqhiyah.

Aqidah yang lurus dan Ibadah yang benar hanya dapat diraih ketika kita mampu mengimplementasikan islam secara keseluruhan. Ia tidak dapat disebut seorang mujtahid sebelum paham masalah fiqhiyah secara sempurna. Begitu juga dengan Aqidah dan Ibadah. Aqidah kita sebagai muslim adalah memahami bahwa Islam adalah agama yang sempurna. menjelajah dari timur ke barat. Menghujam ke bumi dan melangit ke atas. Ia adalah ibadah yang benar, tanpa membawa kecacatan. Al-Quran dan Hadits adalah nash-nash yang dijadikan pegangan untuk asas kesempurnaan Islam, karena ia mengatur islam dari segala sisinya, tidak dapat dipisahkan. Dalam al-Quran terdapat negara, tanah air, pemerintahan, ummat, akhlak, kekuatan, materi, sumber daya alam, jihad dan dakwah. Dalam Hadits terdapat banyak tataran teknis yang mengatur hal-hal tersebut. Ia menjadi manhaj pola pikir ummat islam. "Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu." An-Nahl : 89.

Sungguh, al-Quran pun telah mengatakan menurunkan al-Quran sebagai manhaj kesempurnaan islam untuk menjelaskan segala sesuatu. Lantas apa yang masih kita risaukan sekarang. Lantas apa yang menghalaingi kita untuk lebih memahami islam secara keseluruhan. Sungguh Al-Quran pun juga telah mengatakan dalam Yusuf : 111, "Al-Quran ini bukan cerita yang dibuat-buat tetapi membenarkan yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu". Said Hawwa dalam bukunya membina Angkatan Mujahid menambahkan : "Siapapun yang mengamati nash-nash ini dapat memahami bahwa tidak ada suatu masalah pun yang terjadi pada orang mukalaf kecuali bahwa allah menentukan hukumnya. Baik yang berkaitan dengan masalah aqidah, manhaj hidup, masalah ketatanegaraan, tanah air, akhlak, pengabdian, undang-undang, ekonomi, politik atau yang lain"

Sehingga bisa kita simpulkan sedikit, bahwa aqidah kita tidak akan benar sebelum memahami islam secara komprehensip bukan secara sektoral. Bahwa ibadah kita tidak akan benar setelah Islam itu membumi dalam hati kita. Sehingga amal-amal yang kita lakukan adalah untuk tegaknya Islam di muka bumi ini dengan konsep Rahmatan lil 'Alamin...



Wallahu a'lam bishowwab....

Comments

  1. Saya setuju, bahwa alqur,an dan hadist adalah dasarbagi umat islam, alqur,an tdk mungkin salah, karena Ia adalah Firman Allah, muzizat terbesar di dunia. Masalahnya skrg permasalahan kehidupan begitu komplek, sementara alqur,an tdk membahas hal2 detailnya, contoh yg paling gampang misalnya, agama harus mendasari pemerintahan, umara sekaligus ulama, tp bentuk nyata pemerintahan menurut alqur,an sendiri tdk ada, sehingga pd saat ini bnyk negara2 yg berlandaskan hukum islam mulai mengalami perpecahan. Alqur,an tdk mungkin salah, yg salah adalah mereka yg menafsirkannya, masalahnya persepsi tiap2 org berbeda, krn di islam jg tdk secara eksplisit menyatakan adanya satu badan yg memnentukan benar tdknya satu penafsiran. hal itu membuat kita sendiri saling berbenturan dgn perspektif kita masing2, dan ini yg nyata terjadi skrg ini.

    ReplyDelete

Post a Comment

thank's for your comentar,bro !!!

Popular posts from this blog

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda