"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya"
Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah.
Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditanamkan Allah dalam hati hamba-Nya. Dalam firmannya bahwa orang-orang mukmin senantiasa beruntung, Qad aflahal Mukminun,sungguh beruntunglah orang-orang mukmin. Dalam ali-Imron ayat 164 : (لقد منّ الله على المؤ منين) sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin.
Orang-orang mukmin adalah orang-orang yang pertama kali memegang beban amanah yang terberat ini. Orang-orang mukmin adalah orang yang senantiasa paling banyak mendapatkan cacian, hinaan dan makian, Ya ayyuhal ladzina aamanu ishbiru wa shoobiru wa robithu....Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu dan dan tetaplah bersiap siaga. Orang-orang mukmin adalah orang yang senatiasa disebut ketika ada ayat-ayat Allah yang berisi perintah. Ya ayyuhal ladziina aamanu kutiba 'alaikumu ash-shiyam.... Adalah kewajiban berpuasa, siapa yang disebut Allah dalam al-Quran tersebut ?? Aamanu... Orang-orang yang beriman.Ya ayyuhal ladziina aamanu qu anfusakum wa ahlikum naara... Adalah perhatian Allah terhadap orang-orang mukmin agar dia menjaga dirinya dan keluarganya dari neraka. Maka sungguh, adalah sebuah kenikmatan bagi orang-orang yang beriman. Orang-orang beriman dengan keimanan yang sangat tulus.
Iman yang tulus akan membawa kepada cara pelaksanaan ibadah yang benar, dan memiliki kesungguhan dalam beribadah. Orang-orang yang beriman tidak cukup berhenti dengan pelaksanaan ibadah yang benar. Kesungguhan dalam beribadah juga mempengaruhi dirinya untuk senantiasa meng-up gread iman mereka, karena sesungguhnya keimanan mereka tidak akan bertambah kecuali dengan kesungguhan dalam beribadah. Mereka selalu yakin dengan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah), ma'iyatullah (merasa senantiasa bersama Allah). Sifat inilah yang kemudian membawa mereka kepada ketakutan akan kekuatan yang lebih besar dari semesta ini. Dan ketakutan terhadap kekuatan yang lebih besar ini memotivasi dirinya untuk bermujahadah.
Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya. Ilham yang didapat dari suatu amalan atau mimpi tidak bisa dijadikan suatu landasan untuk hukum-hukum syariat. Ia bukanlah bersifat tertulis. Firasat manusia terkadang meleset dari apa yang diperkirakan. Maka dari ini, ia tidak bisa dijadikan landasan hukum syariat. Terkadang juga lintasan perasaan hanya akan membawa kepada kesesatan karena mereka hanya mengandalkan perasaan saja. Namun, ada beberapa dari orang-orang yang dikehendaki oleh Allah ketika mereka berfirasat, firasatnya itu 99% bisa benar. Dan itu hanya beberapa saja dari manusia.
Pembahasan ini sebenarnya masih sangat luas. Said Hawwa dalam bukunya mengatakan bahwa mengomentari pasal ketiga, ketujuh, kedelapan, ketiga belas, keempat belas dan kelima belas tidaklah cukup sekilas saja.
Wallahu a'lam
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!