Skip to main content

Syarat Diterimanya Amalan Kita

Hmmmmm…….. Mungkin ga kita membayangkan jika amalan yang kita lakuin itu ga sis-sia. Malahan dapet untung yang besar. Wuiiii……hhhhh, amalan yang kita lakukan itu besar, pahalapun juga ikut besar. Nah kira-kira apa ya yang membuat amal kita itu diterima ? Di sini penulis ingin mencoba sedikit menularkan virus kebaikan kepada pembaca. Yah, walaupun sedikit tapi mudah-mudahan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, nusa dan bangsa. Setidaknya untuk penulis sedikit.

Sebenarnya, problem kita malas untuk melakukan amalan baik itu adalah ketika kita tidak yakin bahwa Allah itu tidak menerima amalan baik kita. Itu adalah suatu kesalahan yang membuat Allah pun juga malas menulis sebagai amalan baik. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita itu huznudzan kepada Allah, kan Allah itu sama terhadap prasangka hamba-Nya. Jadi, kalau tidak yakin kepada Allah, ya Allah juga tidak yakin kepada kita. Dulu, sahabat pun pernah bertanya kepada rasulullah tentang keberadaan Allah. Apa sahabat tidak yakin dengan Allah ? Bukan begitu, tapi sahabat bertanya seberapa dekatnya Allah itu ? Lalu turunlah wahyu al baqoroh ayat 186. Disitu Allah mengklaim bahwa Ia dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher. Jadi, apa kita masih meragukan bahwa amalan baik kita bakal ditolak ? Tidak, mungkin saja Allah menangguhkan amalan kita saja.

Nah, apa saja syarat-syaratnya itu ?

1. Syahadat.

Yang pertama memang kita diharuskan untuk syahadat. Lho kok harus syahadat ? ya, karena ia merupakan bingkai amalan kita. Padahal, kan kita sudah bersyahadat sejak kecil? Ya juga, Amalan yang diterima oleh Allah adalah amalan dari seseorang yang dia itu menyebutkan syahadat. Jadi kalau dia itu uidak menyebutkan syahadat, amalan itu bingkainya bukan dalam koridor islam. Nah, coba lihat teman-teman kita yang kristen. Mereka beramal sampai bermilyar-milyar, tapi amalan mereka di luar koridor dari yang ditentukan oleh Allah. Maka dari itu, syahadat merupakan syarat wajib ditermanya amal ibadah kita. Percuma dong kita beramal tapi diluar koridor islam.

2. Niat

Kalau sudah kita bersyahadat, maka yang kedua yang harus kita lakukan agar amalan yang kita lakukan itu diterima oleh Allah adalah niat. Innamal a’malu binniyat. Semua amal itu tergantung dari niatnya. Jadi, niat inilah yang menentukan amalan kita diterima oleh Allah apa tidak. Kalau niat kita jelek, akankah amalan kita diterima oleh Allah ? Di dalam hadits itu disebutkan. Kalau niat karena Allah ya kembali kepada Allah. Kalau niat kita mencari seorang istri ya dapetnya hanya seorang istri saja. Nah, kalau awalnya kita niat untuk Allah dan mencari istri ? ya, kita dapat kedua-duanya. Hehehe..... Benar,kan ? Tidak ada yang salah ? Makanya, kalau kita niatkan pada Allah saja, maka dua atau tiga pulau terlampaui. Itulah hebatnya kalau kita niatkan kepada Allah saja.

3. Ikhlas

Ini juga penting, ikhlaskah diri kita, itu tergantung dari diri kita. Kalau berbuat kebaikan itu jangan setengah-setengah. Itulah sebenarnya esensi dari ikhlas dalam implementasi amalan kita. Percuma dong, kita sudah melakukan susah-susah amalan, besar pula pahala itu, tapi kita tidak ikhlas. Ya artinya, dalam amalan ini, Kalau sudah nyemplung dalam kebaikan ya sekalian aja berenang. Allah saja menyuruh dalam Qur’an. Yaa ayyuhal ladzina aamanuu, udkhuluu fis silmii kaaafffah. Hai orang- orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam islam secara sempurna. Kalau setengah-setengah, nanti syetan itu masih bisa meragukan kita. Makanya dalam ayat itu diteruskan walaa tattabi’u khutuwaatisy syaithon, innahu lakum aduwwum mubiiin. Dan, jangan mengikuti langkah-langkah syaithon, karena ia merupakan musuh yang jelas. Apa itu langkahnya, kalau dalam berakidah sudah jelas kita meragukan islam kita. Jikalau dalam implementasi amalan ya kita tidak ikhlas melakukannya. Betul...Betul...Betul...

4. Harus pada tempatnya

Penempatan amalan yang kita lakukan juga harus pada tempatnya. Misal, kita sudah syahadat, lalu kita niat sholat, satu lagi, kita ikhlas melakukan sholat karena lillahi ta’alaa. Tapi, kita melakukan shalat dzuhur pada waktu ashar. Nah ini,kan berarti amalan kita sudah pasti ditolak oleh Allah. Dan yang paling bagus itu ketika kita syhadat sudah, niat shalat juga sudah, ditambah ikhlas karena Allah. Dan penempatannya pun tidak seenaknya kita. Nah, kurang apa coba ? gimana Allah tidak menerima amalan kita.

Mungkin yang terakhir ketika kita sudah yakin atas semua yang kita lakukan, ada satu lagi yang menghancurkan amalan kita. Apa itu ? Sombong. Itu adalah penyakit, ia dapat memberangus amalan kita. Maka dari itu penulis khawatir jika kita sudah melakukan diatas lalu kemudian kita tidak intropeksi diri dan menyebabkan diri kita sombong, hancurlah sudah amalan yang kita lakukan.

Wallahu a’lam bisshowab.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda