Skip to main content

Tahap-Tahap meng-Kaffahkan Islam kita

Akhir-akhir ini banyak kita jumpai orang-orang yang salah dalam menafsirkan Al-Quran ataupun Hadits. Mereka banyak menafsirkan al-quran dan hadits untuk memudahkan mereka keluar dari masalah. Sehingga banyak kita jumpai orang-orang sesat yang menafsirkan Al-Quran. Misalkan ; dalam Ibrahim ayat 4 dikatakan Kami tidak akan mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya. Karena disalahtafsirkan oleh salah seorang di daerah Malang, kemudian ia mengaku menjadi rasul dan sholat berjamaah dengan bahasa indonesia atau bilingual, setelah bahasa arab dan dilanjutkan dengan bahasa indonesia. Walaupun sebenarnya orangnya sudah ditangkap oleh polisi karena ajarannya dianggap berbahaya.

Sebenarnya kenapa mereka berani menasirkan seperti itu ? Jawabannya hanya satu, kita masih belum meng-kaffahkan islam kita, sehingga banyak yang berani berbuat sedemikian rupa. Walaupun dia lulusan pondok pesantren, apakah menjamin islamnya sudah kaffah atau sempurna ? Dalam satu buku yang pernah saya baca, terdapat salah satu ulama besar yaitu Hasan al-Banna, beliau merumuskan tahap-tahap bagaimana cara meng-kaffahkan islam kita. Begitu sitematis dalam tahapan-tahapannya. Kalau beliau menyebutkan sebagai rukun-rukun baiat. Tapi saya menyebutnya sebagai Tahapan meng-kaffahkan islam kita. Lalu, apa saja tahapan-tahapan itu ?

1. Al-Fahm ( pemahaman )

Ini adalah tahapan yang pertama yaitu pemahaman. Mungkin kita tidak usah memahamkan islam kita, karena kita sudah terlahir dalam keadaan islam. Itu adalah kesalahan yang amat besar. Orang-orang yang seperti ini yang masih belum memiliki pemahaman islam. Mengapa Allah memilih kita untuk islam ? ini adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh kita semua. Dan jawabannya mungkin tidak seperti seorang anak SD lagi, karena ayah dan ibu saya islam. Bukan seperti itu, lantas seperti apa ? Itu hanya bisa dijawab oleh batin kita.

Selanjutnya, kita juga harus tahu bahwa islam ini adalah agama yang mengurusi seluruh aspek kehidupan mulai dari perpolitikan, kata Hasan al-Banna tidak sempurna islam seseorang sebelum berpolitik. Allah pun mengurusnya dalam surat Ali-Imron ayat 159: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Makna dari musyawarah dengan mereka dalam urusan itu adalah seluruh urusan mencakup dunia termasuk politik itu sendiri. Jadi, jangan disalahtafsirkan kalau islam itu hanya mengurusi dari segi agama saja. Dan kita juga paham bahwa islam itu risalah bagi totalitas manusia.

2. Al-Ikhlas ( keikhlasan )

Setelah kita faham seluruh aspek dari islam, mulai dari tata caranya, perilakunya, maka tahap yang kedua adalah kita ikhlas dan pasrah menerima islam bahwa nanti tidak ada ajaran yang semurni islam.Lalu, bagaimana kita mengaplikasikan ikhlas itu sendiri ? ini nantinya akan kepada tahap yang ketiga.

3. Al-‘Amal ( amal )

Inilah cara kita mengaplikasikan seluruh keikhlasan kita dengan beramal. Kita melakukan sholat, karena kita faham bahwa sholat itu adalah kebutuhan kita, setelah itu baru kita ikhlas menerimanya. Begitu juga dalam hal hijab, kita faham dulu baru ikhlas menerimanya dan yakin bahwa suatu saat nanti akan ada imbalan dari Allah.

4. Al-Jihad ( jihad )

Sebenarnya ini sama saja dengan amal tadi. Akan tetapi, ini cakupannya untuk ekstrernal. Atau jika kita tafsirkan seperti berdakwah dengan non muslim. Jadi, jangan Salah paham dalam menafsirkan jihad itu sendiri. Jihad itu punya banyak arti yang cukup luas. Dan dewasa ini, arti jihad telah berpindah dari peperangan melawan kafir menjadi makna berdakwah. Orang-orang yang mengagung-agungkan jihad identik dengan yang namanya bom, atau apalah itu mungkin pemahaman dia masih belum kaffah.

5. At-Tadhiyah ( pengorbanan )

Setelah muncul dari diri kita yang namanya ruh jihad, maka mau tidak mau akan muncul dengan yang namanya pengorbanan. Bagaimana jika islam itu dihinakan ? Tentu kita akan marah dan tidak terima kalau agama kita dilecehkan. Dan kita siap berkorban untuk kejayaan islam. Walaupun harus bersimbah darah.

6. Ath-Tho’ah ( ketaatan )

Nah, kita sudah sampai derajat ketaatan. Derajat pengorbanan yang paling tinggi adalah taat. Dan taat ini muncul dari pemahaman tadi hingga kita sudah mengorbankan seluruh jiwa dan raga kita untuk islam. Sami’na wa atho’na. Mulai dari sinilah kita benar-benar merasakan manisnya iman. Walaupun sebenarnya saya juga belum merasakan manisnya iman.

7. Ats-Tsabat ( keteguhan )

Setelah taat, Allah tentu tidak langsung mencapnya sebagai muslimun, mukminun, atau muttaqin. Tetapi Allah ingin mencoba keteguhan hatinya. Seberapa teguh dia bersama islam. Pengorbanan adalah ujian pertama, jika lulus maka akan mendapatkan nilai ketaatan. Ini adalah ujian yang kedua, yaitu keteguhan. Seberapa teguh iman dia. Setelah Allah meluluskan sebagian maka, orang itu akan sadar bahwa hidup ini hanya didedikasikan untuk islam semata.

8.At-Tajarrud ( dedikasi )

Kesadaran kita dari keteguhan itu akan menciptakan satu amal yaitu dedikasi yang tulus untuk fikrah islam ini, tanpa mencampurnya dengan prinsip-prinsip yang lainnya. Karena islam ini adalah sudah tinggi.Al-Islamu ya’la wa yu’la ‘alaihi. Islam itu tinggi dan tidak ada agama yang bisa menandinginya.

9. Al-Ukhuwwah ( persaudaraan )

Jika tadi adalah untuk meng-kaffahkan diri kita, sekarang untuk meng-kaffahkan seluruh tatanan masyarakat yang ada. Dengan adanya persaudaraan maka islam ini akan kokoh. Wa’tashimuu bi hablillahi jamii’a wa la tafarraqu. Dan akhirnya nanti kita akan memperoleh gelar Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnasi. Inilah gelar untuk masyarakat madani sesungguhnya.

10. Ats-tsabat ( kepercayaan )

Setelah adanya persaudaraan, maka adakalanya masyarakat madani ini mengangkat satu pemimpin yang dipercayai oleh masyarakat itu. Kepercayaan inilah yang nantinya akan membukus keseluruhan islam kita baik yang individual maupun yang sosial

Waalahu a’lam bisshowab.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda