Skip to main content

Menuju Sebuah Peradaban Baru Islam di Indonesia

Saat ini, krisis sedang melanda bangsa-bangsa timur, krisis yang tak hanya beberapa waktu saja. Bangsa-bangsa timur yang mayoritasnya adalah penduduk muslim mengalami krisis berkepanjangan yang sangat kompleks. Mulai dari krisis ekonomi yang melemahkan pundi-pundi keuangan negara hingga krisis kepemimpinan. Komplektivitas krisis yang diderita oleh bangsa-bangsa di timur ini dimanfaatkan oleh bangsa Barat yang telah bangun dari tidur panjang mereka. Termasuk negara kita, Indonesia. Ideologi-ideologi sesat yang memasuki aqidah-aqidah setiap individu di masyarakat kita. Sekarang ini, Indonesia sudah seperti bangkai kerbau yang diperebutkan oleh burung-burung pemakan bangkai.

Dalam buku yang ditulis oleh Hasan al-Banna, krisis yang menggerogoti kehidupan bangsa-bangsa timur tenyata sangat beragam. Dan kita tidak bisa untuk berpaling darinya. Kita harus mengobatinya. Secara politik, muslim indonesia ini telah terpecah belah dengan intrik-intrik kepartaian, sehingga muncul sikap fanatisme bukan sikap nasionalisme yang mempersatukan kita. Setiap orang mengunggulkan partai yang diusungnya, bukan nasionalisme yang diusung. Partai-partai islam pun sudah tidak satu suara, banyak partai-partai islam yang berdiri, hanya untuk kepentingan orang-orang di partai itu saja, bukan untuk kemaslahatan bangsa. Ini adalah pembodohan bangsa dengan dalih demokrasi, tapi memecah belah umat. Tidakkah kita sadar, bahwa secara politik kita sedang dilemahkan dengan cara yang dipakai Belanda sewaktu mengalahkan Aceh yang sewaktu itu masih bernama Serambi Makkah ?

Dalam perekonomian, system riba yang masih berkeliaran, mencekik leher rakyat. Perusahaan-perusahaan asing yang menguasai hampir setiap uang yang mengalir dalam Indonesia ini. Mereka mengeksploitasi sumber daya alam yang kita miliki, dan kita hanya mendapatkan beberapa persen dari sumber daya alam yang kita miliki. Dalam bidang pemikiran, isme-isme yang merusak setiap aqidah muslim indonesia. Agama disetir untuk kepentingan mereka. Isme-isme syubhat yang meragukan setiap individu yang masih lemah aqidahnya. Pembuktiannya, banyak dari orang-orang kita yang mengaku mendapatkan wahyu dari jibril. Dan juga masih eksisnya ajaran-ajaran sesat yang pengaruhnya semakin besar. Mulai dari personilnya hingga finansialnya.

Dalam bidang sosial, degradasi moral tentunya sudah menjadi hal yang harus menjadi permasalahan bangsa ini bersama dengan hedonisme yang telah mengakar dan mencabut semua akar keluhuran akhlak yang menjadi cirri bangsa ini. Sekarang sudah banyak kita lihat, prostitusi meningkat menjadi 400 %. Orang-orang sudah berani mengumbar aurat yang seharusnya bukan diperlihatkan untuk umum. Demam kebarat-baratan telah mengubah gaya hidup mereka. Pakaian yang mereka kenakan lebih mengarah pada pakaian barat. Potongan-potongan rambut yang aneh. Apa yang bisa kita andalkan dari cukuran rambut saat di akhirat nanti ?

Dalam bidang hukum, kita dikuasai oleh hukum-hukum manusia yang sudah jelas-jelas banyak sekali celah-celahnya. Akhirnya, hukum-hukum itu dijalankan oleh orang-orang yang memberikan kesenangan bagi setiap manusia saja, bukan kesenangan seluruh indonesia. Hukum yang dijadikan asas terbukti masih belum bisa mencekal para kriminal. Indonesia mengalami inflasi dalam kriminalitas ini.

Begitupun, dalam bidang pendidikan. Arah pendidikan yang belum jelas, kompetensi yang dibuat selalu berganti mulai dari Kompetensi ’94, KBK, hingga KTSP. Pelajar-pelajar hanya dijadikan kelinci percobaan oleh negara. Pendidikan kepribadian yang jarang diajarkan oleh guru-guru pun tidak diterapkan. Malah, guru mengajarkan pendidikan yang mencoreng pendidikan bangsa ini. Bisa kita lihat dalam koran, guru mencabuli siswanya sendiri. Ini menunjukkan bahwa pendidikan kepribadian masih belum maksimal untuk diterapkan.

Apa yang bisa diharapkan oleh bangsa ini ? Krisis yang menakutkan, seolah kita tidak bisa lepas darinya. Bangsa yang sudah hampir di dasar jurang. Dalam momen Muharram, merekonsiliasi dan bermuhasabah itu sangat penting. Demi arah kedepan bangsa ini. Yakinlah pasti ada tali yang menjulur kebawah dan membawa kita ke atas lagi. Bangsa ini butuh seorang nasionalisme yang juga punya pemahaman kuat tentang agama ini serta intelegensi yang kuat. Bangsa ini butuh seorang seperti Soekarno yang nasionalis, Habibie yang memiliki intelegensi hebat. Dan seperti GusDur yang punya pemahaman kuat tentang agama ini.

Yakinlah, Harapan itu masih ada !


Wallahu a’lam bisshowab.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda