Skip to main content

Refleksi Bangsa Dalam Menyongsong 2010

Sudah tak dapat dipungkiri lagi, Bangsa Indonesia yang luas membentang dari Sabang hingga ke Merauke memiliki kekomplektivitasan berbagai masalah yang berbelit. Mulai dari masalah ekonomi yang carut marut, entah itu kasus korupsi ataupun maraknya skandal Bank Century yang belum selesai, hingga masalah moral yang terus menghinggapi bangsa ini. Apakah sekarang kita layaknya vaccum power ? Seolah-olah tiada pemerintah yang mau bertindak bagaimana menuntaskan masalah ini. Atau mungkin jika pemerintah bertindak bukannya menjernihkan masalah tapi kemudian mengeruhkan masalah.

Di tahun 2009 akhir ini, masalah-masalah yang ada harus terselesaikan. Agar di tahun 2010 kita tidak terbebani masalah 2009 ditambah nantinya masalah 2010, dan diharapkan kita bisa merekonstruksi ulang bangsa ini dengan arsitek-arsitek yang kompeten di bidangnya. Masalah yang bermunculan juga semakin banyak. Ternyata tidak dari segi akhlak, ekonomi, ataupun moral sekalipun. Tapi, masalah ini muncul dari alam, yaitu bencana alam. Apakah ini juga sebuah masalah ? Kalau bukan berncana yang kesana kemari dikarenakan rusaknya sistem sehingga mungkin alam sudah bosan dengan kita. Bukan karena sudah tua saja, tapi alam yang seharusnya dilestarikan malah dieksploitasi tanpa batas. Ini mungkin salah satunya.

Dalam bahasan sebelumnya yang saya tulis, Menuju Peradaban Islamdi Indonesia. Sebenarnya, di tulisan tersebut terdapat solusi untuk permasalahan yang semakin kompleks. Solusi yangditawarkan adalah sistem islam. Segala permasalahan yang diderita oleh bangsa direfleksikan ke dalam islam. Sebelum kita mengadopsi peraturan dari barat, alangkah lebih baiknyakita melihatsistem islam yang ada. Misalkan yang menjadi permasalahan bangsa yang paling memalukan adalah korupsi. Jika dianalogikan kedalam islam, korupsi itu sama saja mencuri dalam ruang lingkup negara. Apakah islam tidak mengatur ? Orang mencuri dalam islam haruslah tangannya itu dipotong. Dan ini bertentangan dengan ideologi barat yang mengagungkan kebebasan HAM. Kenapa dalam hal ini kita tidak mencontoh negara Cina yang jika ada yang ketahuan mencuri uang negara maka hukumannya adalah pancung. Kenapa malah dari negeri selain islam yang mencontohkan islam ? Sekarang lebih parah mana, pancung atau potong tangan ?

Marilah kita merenungkan masalah bangsa ini. Siapa lagi kalu bukan kita ? Tahun 2010 harus dijadikan kebangkitan bangsa. Indonesia bukanlah bangsa pecundang yang hanya mengekor pada negara lain. Indonesia bukanlah bangsa kerbau yang dicocok hidungnya. Indonesia memiliki sebuah pendirian. Indonesia memiliki wibawa yang besar yang hanya hilang beberapa zaman saja. Dan kini, saatnya Indonesia harus menemukan wibawa itu. Dan kita tidak tahu, anak cucu kita apakah bakal menikmati kebobrokan bangsa ini atau kegemilangan bangsa ini. Harapan itu masih ada, karena harapan adalah pintu terakhir optimis. Harapan juga pintu awal dari sebuah pesimis. Dari sebuah harapan muncul langkah-langkah optimisme yang bisa didayagunakan oleh tekad yang kuat, tekad ingin memperbaiki dan merekonstruksi bangsa ini. Hingga visi sebuah bangsa tercapai yaitu baldatun thoyyibatun wa robbul ghofur. Bangsa yang memiliki cerminan ketika Arab dipimpin oleh Muhammad. Bangsa yang madani, sejahtera rakyatnya. Dan adil pemerintahnya.


Waallahu a'lam bisshowab.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda