Skip to main content

Menkominfo: Program 100 Hari Sudah 92 Persen

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan program 100 hari kinerja departemennya rata-rata telah terselesaikan di atas 90 persen.

“Untuk program 100 hari rata-rata pencapaian sudah 92 persen,” kata Tifatul Sembiring di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, sejumlah program seperti proyek pembangunan serat optik untuk ruas Indonesia Timur yakni Palapa Ring telah dilauncurkan pada 30 November 2009 dan terus berjalan hingga ditargetkan rampung akhir 2010.

Program yang lain seperti 25.000 desa berdering di 32 provinsi telah tercapai 23.000 desa.”Sementara program 100 desa internet sudah berjalan,” katanya.

Sektor telekomunikasi sendiri telah mampu menyumbangkan kepada PNBP nasional mencapai Rp9,91 triliun hingga akhir Desember 2009 atau 1,26 persen melebihi target yang ditetapkan Rp7,26 triliun.

“Saya rasa cukup bagus sektor ini menyumbang kepada PNBP nasional,” katanya.

Pada 2010, pihaknya fokus untuk melanjutkan rencana pembentukan ICT Fund untuk menunjang penyediaan dana pembangunan jaringan serat optik untuk wilayah Indonesia timur.

Pihaknya juga menyatakan akan menyelesaikan penerapan program IGOS (Indonesia Go Open Source) bagi seluruh institusi pemerintahan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Sejumlah program lain akan dilaksanakan pada 2010 yakni menyelesaikan rehabilitasi dan peningkatan kapasitas pemancar televisi untuk 30 stasiun televisi di wilayah Indonesia.

TIfatul mengatakan pihaknya juga akan merintis penyediaan media center di 15 kabupaten/kota yang memiliki wilayah perbatasan, tertinggal, dan terpencil. Di bidang regulasi, pihaknya akan mulai memberlakukan UU nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada 1 April 2010.(*)

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama...

Prinsip 2 # Seri Ushul 'Isyrin

"Al-Quran yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami Al-Quran sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'asuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami sunnah suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya." Pasal yang kedua ini, Ustadz Hasan al-Banna memberikan tentang landasan berpikir manusia. Memberikan landasan tentang kesempurnaan Islam. Setelah kita memahami kesempurnaan Islam, maka seyogyanya kita juga harus memahami landasan kenapa kita harus sempurna islam kita. Karena sesungguhnya, dua kitab itulah yang menjadikan Islam ini jauh lebih sempurna ketimbang agama yang lainnya. Ajarannya yang suci tidak lepas dari peran kedua kitab ini. Kitab ini juga yang menjadi wasiat Rasulullah ketika akan meninggal. Adakah yang lebih berharga daripada al-Quran dan as-Sunnah ketika rasulullah wafat ? Allah berfirman dalam surat an-Nisa : 59...

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda...