Pengumuman kebijakan baru tentang perberasan itu disampaikan oleh Menteri Pertanian melalui konferensi pers bersama Wamentan/Deputi Menko Perekonomian Bayu Krisnamurti dan Dirut Bulog Soetarto Alimuso di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Kamis (31/12) siang.
Berdasarkan Inpres No 7/2009, HPP gabah kering panen (GKP) di petani (kadar air max 25%, kadar hampa/kotoran 10%)per 1 Januari naik 10% dari Rp 2.400 menjadi Rp 2640 per kg. HPP GKP di penggilingan (kadar air max 25%, kadar hampa/kotoran max 10%) naik dari Rp 2440 menjadi Rp 2685 per kg. HPP gabah kering giling (GKG) di penggilingan (kadar air max 14%, kadar hampa/kotoran max 3%) juga naik 10% dari Rp 3000 menjadi Rp 3300 per kg. HPP GKG di gudang Bulog naik dari 3040 menjadi Rp 3345 per kg. Dan HPP beras di gudang Bulog (kadar air max 14%, butir patah max 20%, kadar menir max 2%, derajat sosoh min 95%) naik 10% dari Rp 4600 menjadi Rp 5060 per kg.
Selain mengumumkan kenaikan HPP gabah dan beras, Mentan juga menegaskan bahwa HET pupuk dipertahankan alias tidak dinaikkan minimal sampai akhir Maret 2010. Kebijakan baru ini merupakan bukti kepedulian pemerintah terhadap petani. “Ini sejarah baru, karena biasanya kenaikan HPP gabah/beras naik disertai kenaikan HET pupuk. HPP naik duluan diharapkan menambah semangat tanam petani, sekaigus bisa meningkatkan pendapatan saat panen,” jelas Mentan.
Mentan menjelaskan, pihaknya sedang memperjuangkan kenaikan subsidi pupuk melalui mekanisme APBN-P. “Semoga usaha ini berhasil mendapat dukungan semua pihak terkait. Kalau pun tidak sampai berhasil, saya berjanji akan membuat rumusan yang tidak merugikan petani. Pemerintah tak mungkin mengurbankan petani yang merupakan bagain mayoritas dari penduduk Indonesia,” tegasnya.
Selain menetapkan HPP gabah dan beras, jelas Mentan Suswono, Inpres No 7 itu juga berisi pokok-pokok kebijakan beras dan pertanian pangan. Antara lain mendorong dan menfasilitasi penggunaan benih padi unggul bersertifikat, penggunaan pupuk anorganik dan pupuk organic secara berimbang dalam usaha tani padi, serta mendorong dan menfasilitasi pengurangan kehilangan pasca-panen padi.
Inpres itu juga berupaya mengendalikan pengurangan luas lahan irigasi teknis, menfasilitasi rehabilitasi lahan dan penghijauan daerah tangkapan air serta rehabilitasi jaringan irigasi; mendorong dan menfasilitasi peningkatan investasi usaha padi, menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Selain itu, juga menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran cadangan beras pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan; serta menetapkan kebijakan ekspor dan impor beras secara terkendali dalam rangka menjaga kepentingan petani dan konsumen.
Pada kesempatan itu, Mentan menegaskan produksi padi 2009 mencaopai 63,8 juta ton GKG atau tumbuh 5,83% dari produksi 2008. Setelah dikurangi kebutuhan, produksi beras diperkirakan surplus 3-4 juta ton. Pasokan beras masih lancar. “Sampai akhir Desember pasokan ke Cipinang lancar, di atas 3000 ton per hari. Padahal 2000 ton per hari saja sudah lumayan baik.”
Kepala Bulog Soetarto Alimuso membenarkan. Kondisi persediaan pangan nasional terbilang aman. Stock beras digudang Bulog pada akhir tahun 2009 mencapai 1,7 juta ton. “Setelah dikurangi kebutuhan untuk raskin, masih cukup untuk empat bulan ke depan.” Sebelum cadangan terkuras, panen raya sudahakan terjadi pada Februari-Maret 2010.(dj)
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!