Skip to main content

Jejak-Jejak Para Pembelajar


Pembelajar adalah orang-orang yang menceburkan diri mereka kedalam sungai yang agung. Mereka bukan hanya terbatas pada siswa, murid, mahasiswa ataupun dosen sekalipun. Para pembelajar adalah orang-orang yang ingin mengambil hikmah dari setiap kesalahan yang mereka lakukan pada masa lalu. Dan mereka tidak sama sekali menghapusnya dari ingatan dan mengutukinya begitu saja.
Mungkin kita memandang bahwa para pembelajar adalah orang yang agung yang agung. Itu memang benar, tapi kebenaran itu tidaklah absolute. Mereka juga manusia, pernah melakukan kesalahan yang besar sekalipun. Akan tetapi, kesalahan itu tertutupi oleh banyaknya kebaikan mereka. “Dan ikutilah keburukanmu dengan kebaikanmu.”
Akan tetapi, lihatlah hasil dari orang-orang para pembelajar. Mereka mampu menciptakan suatu hasil yang beda dari yang lain. Hasil inilah yang nantinya setiap orang mengikuti apa yang mereka lakukan ini. Dan hasil ini atau bisa kita sebut jejak-jejak para pembelajar. Maka benarlah jikalau ada yang mengatakan ‘ulama warosatul anbiya’ pembelajar itu adalah pewaris nabi.
Ilmu mereka tidak mengendap di otak. Mereka membuat jejak-jejak dengan menyebarkan ilmu untuk menerangi bangsa dan agama ini. Bukan hanya ilmu saja, jejak itu juga tauladan. Tata karma yang mereka buat membuat orang melakukan apa yang mereka lakukan. Teladan yang mereka lakukan berdasarkan ilmu dan mereka takkan mengingkari janji Allah dalam surat ash-shaff 2-3.
Sungguh mulia para pembelajar. Mereka hidup dihargai dan ketika meninggal, Allah menghargai mereka dengan menaikkan derajat yang lebih tinggi dari mukmin lainnya. Dan jejak yang mereka buat akan senantiasa abadi dan takkan terhapus oleh apapun, karena jejak yang mereka bawa adalah ilmu, hikmah dan tauladan. Ilmu yang mereka dapat karena dari pemikiran, hikmah yang mereka dapatkan dari semua kesalahan masa lalu dan tauladan yang mereka peroleh dari moral para pendidik mereka. Jadi, keteladan itu adalah turun temurun.
Disini, kita tak dapat membedakan antara para pahlawan dan para pembelajar. Yang membedakan hanyalah jalan yang mereka tempuh berbeda, para pahlawan adalah orang yang menularkan jejak kepatriotikan mereka dengan berkorban dengan tubuh dan darah mereka, Sedangkan para pembelajar, mereka menularkan jejak itu dengan akal dan ilmu yang mereka miliki.

Wallahu ‘alam bisshowab

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 5 # Seri Ushul 'Isyrin

"Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat istiadat) maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya." Dalam pasal yang kelima ini, Hasan al-Banna ingin mengatakan bahwa semua pendapat imam yang tidak ada teks hukumnya boleh kita amalkan jika memang itu membawa kemaslahatan ummat. Dari sini juga, semua manusia bisa menggunakan ijtihadnya masing-masing. Jadi dalam mengambil keputusan yang didalamnya tidak mengandung atau tidak ada dalil sebagai landasan hukumnya, maka kita boleh mengambil pendapat imam yang kita yakini atau kita punya ijtihad sendiri.

Prinsip 2 # Seri Ushul 'Isyrin

"Al-Quran yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami Al-Quran sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'asuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami sunnah suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya." Pasal yang kedua ini, Ustadz Hasan al-Banna memberikan tentang landasan berpikir manusia. Memberikan landasan tentang kesempurnaan Islam. Setelah kita memahami kesempurnaan Islam, maka seyogyanya kita juga harus memahami landasan kenapa kita harus sempurna islam kita. Karena sesungguhnya, dua kitab itulah yang menjadikan Islam ini jauh lebih sempurna ketimbang agama yang lainnya. Ajarannya yang suci tidak lepas dari peran kedua kitab ini. Kitab ini juga yang menjadi wasiat Rasulullah ketika akan meninggal. Adakah yang lebih berharga daripada al-Quran dan as-Sunnah ketika rasulullah wafat ? Allah berfirman dalam surat an-Nisa : 59