Skip to main content

Tahapan Interaksi Dengan Syahadatain (مراحل التفاعل بالشهادتين)

Dalam kehidupan para sahabat ketika islam baru menyebar di Makkah dan ketika itu penyiksaan sangat pedih dari orang-orang musyrik berbagai cara yang dilakukan kaum musyrik kepada orang-orang muslim adalah untuk mengembalikan kepada ajaran nenek moyang mereka. Akan tetapi, para sahabat tidak mau atau bahkan enggan untuk kembali kepada ajaran nenek moyang mereka. Apa alasan kenapa mereka tidak mau kembali kepada agama nenek moyang mereka ? Alasannya cukup singkap : CINTA. Dalam sebuah ayat al-quran dikisahkan bagaimana mereka ini begitu cintanya kepada islam ini.“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.. Inilah yang melandasi mereka kenapa mereka enggan melepaskan agama islam ini. Begitu syahadat terucap, maka cinta kepada islam ini secara tidak langsung akan menghadirkan cinta yang tulus yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran penuh yang menjadikan kita ridho untuk menerima Allah sebagai tuhan kita, dan islam sebagai agama kita, dan muhammad sebagai nabi dan utusan.

رضيت بالله رباً, وبالإِسلا م ديناً, و بمحمدٍ نبياً و رسولاً

Setelah kecintaan kita yang tulus sehingga membuahkan keridhoan yang sangat kepada allah, islam, dan muhammad dan akhirnya kita terwarnai oleh shibghah allah(celupan allah) secara sempurna, sehingga keyakinan kita dan niat kita yang lurus akan Allah, Islam, dan Rasul semakin terwarnai dengan syahadatain itu. Sebagai muslim dalam hati kita memiliki aqidah yang benar, mentauhidkan Allah dalam niat dan perbuatan, dan hanya mengharap keridhoan-Nya. Syahadatain juga akan mewarnai akal kita sehingga pikiran-pikiran dan ide-ide matang kita. Pikiran yang islami menjadikan kita memiliki suatu konsep atau program yang benar dalam menghadapi kehidupan ini yang berorentasi kepada tauhidullah, bermoral islami, dan bermanfaat kepada seluruh alam.

Disamping itu, Syahadatain juga mewarnai secara jasad kita, jasad kita yang senantiasa terpelihara kesehatannya dan kekuatannya, sehingga kita nantinya bisa meniru jalan hidup rasulullah . Dan dalam jasad yang kesehatannya bugar dan fit, maka akan menjadi wujud yang nyata dari aqidah kita yang shohih, pikiran kita yang senatiasa berornetasi kepada tauhidullah. Karena terbentuknya iman itu yang terakhir adalah amalan kita, karena kita sudah menancapkan dalam hati, diucapkan dalam lisan atau dipikirkan dalam akal kita, maka akan sempurna dengan kita mengamalkannya. Dan orang yang mengucapkan syahadatain dengan benar dan sungguh-sungguh maka, amal ini yang akan menjadi eksekutor dari hati dan pikiran kita.

Itulah celupan Allah. Siapakah yang lebih baik celupannya daripada celupan Allah ?”(Al-Baqarah : 138)


Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda