Melihat dunia sekarang ini yang semuanya hanya di penuhi oleh kemunafikan, banyak wajah-wajah yang menggunakan topeng hanya untuk menyembunyikan semua kebusukannya. Dunia yang semakin tak menentu arahnya, kemana dunia ini mengarah, akankah kepada pragmatis atau kepada dunia idealis ?
Melihat realita yang sedang berkembang. Boleh rasanya kita membuat wacana yang sepertinya cocok untuk orang-orang realistis. Dunia ini, sungguh telah mengalami sebuah transformasi besar-besaran. Dan sangat tepat dengan apa yang diprediksikan oleh malaikat dalam salah satu ayat dalam surat al-baqarah.”ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.".
Sebenarnya ayat yang diatas itu mungkin lebih mengarah kepada kerusakan. Tapi, yang namanya kerusakan belum tentu seperti yang digambarkan orang-orang yang merusak barang sana-sini. Tetapi, lebih dari itu. Membuat kerusakan moral, kerusakan pemikiran, dan kerusakan yang membuat dunia ini berubah. Kalau kita berkaca pada realita, maka di zaman ini terdapat dua manusia saja. Manusia dengan ideologi idealis – realistik dan pragmatis – realistik.
Wacana demi wacana kian menguraikan bahwa yang kita lihat setiap harinya adalah orang – orang yang lebih terhadap pragmatis – realistik. Mereka lebih mengutamakan dengan apa yang mereka anggap mudah, dengan apa yang mereka anggap bahwa inilah satu – satunya jalan yang harus ditempuh, padahal sesungguhnya masih ada banyak jalan yang bisa dilalui. Apalagi orang – orang yang pragmatis realistik ini kebanyakan muncul ketika pemilu, banyak oknum – oknum partai bahwa partai mereka bukanlah partai yang dengan mudah memakai sistem money politic, akan tetapi, realita menunjukkan bahwa kemenangan suatu partai hanya bisa didapatkan dengan uang. Akhirnya, banyak oknum – oknum yang tadinya mencoba untuk idealis, tapi karena melihat realita, mereka pun kalah dengan ke-pragmatis-an dunia. Mereka akhirnya memakai dengan sistem money politic. Dan mereka menang.
Itulah mereka yang tergerus oleh peradaban dunia pragmatis. Mencoba untuk idealis, tapi malah menikmati sisi pragmatis-nya. Ironis sekali. Bahkan, jika kita melihat di ibukota sendiri dimana banyak orang desa yang kebanyakan adalah orang-orang yang idealis ketika mereka pergi ke Ibukota, dan mengalami yang namanya shock culture, maka ketika mereka kembali ke desa, maka pemikiran mereka menjadi pragmatis. Tetapi itu tidak semua.
Itulah orang – orang pragmatis. Maka mereka akan mencoba mencemooh orang – orang yang beda terhadap mereka semua. Dan ini adalah sunnatullah. Bagaimana kita bisa membaca siroh nabawiyah, bahwa setiap rasul selalu mengahadapi musuh – musuhnya yang sama sekali jauh dari sifat idealisme. Kita melihat, nabi kita muhammad yang digoda dengan harta, tahta, dan wanita. Sejenak kita merenung, bahwa hal itu memang telah ada sejak zaman dahulu.
Makanya, mungkin kita akan melihat orang – orang yang idealis ini adalah orang – orang yang beda pada zamannya. Mereka sesungguhnya tahu bahwa yang mereka lakukan adalah benar menurut mereka. Seolah – olah AD/ART mereka tidak pernah mengalami perubahan. Kalaupun mereka akan ubah AD/ART mereka, maka hal-hal yang menurut mereka masih mencerminkan sosok ke-idealis-an mereka maka hal itu tidak akan berani untuk mengubahnya. Jika kita lebih cermat, maka orang – orang idealis ini sangat sedikit sekali pengikutnya. Tapi ini pada mulanya. Nah, sekarang kita bertanya, akankah orang – orang idealis ini bisa memimpin dunia ?
Kita bisa mencontohkan dengan dakwah nabi di fase Madinah, di saat – saat itulah kemenangan dakwah muncul ke permukaan bumi dan menyemai kedamaian yang sangat berbeda dengan kedamaian sebelumnya. Pun juga nanti, pasti ada saatnya, sosok dari seorang manusia atau golongan idealis yang akan memimpin dunia.
Di tengah tempaan orang – orang pragmatis, mereka bukan semakin mengecilkan langkah mereka. Tapi, pergerakan orang – orang idealis ini semakin masif. Mereka berada di tengah-tengah badai kesenangan, tapi prinsip mereka tidak pernah berubah berakit – rakit dahulu, bersenang – senang kemudian. Dan orang – orang yang bergerak di tengah arus pragmatisme ini adalah orang – orang yang terpelajar. Mereka adalah orang – orang yang tidak mau mengorbankan apa yang telah menjadi pijakannya. Tetapi, lagi – lagi banyak ketika mereka telah lepas dengan status orang – orang yang terpelajar, maka mereka kembali bersama orang – orang yang berada dalam badai kesenangan, badai keputusasaan. Seolah mereka tidak menemukan apa yang menjadi pijakannya selama ini.
Maka dari itu, sangatlah berbahaya jika kita mencoba untuk bersikap idealis, tapi tidak tahu pijakan mengapa kita harus besusah – susah untuk mempertahankan ideologi yang bersifat idealis ini. Susah memang. Karena memang, kita dihadapkan dengan sesuatu yang belum atau tidak pernah sama sekali kita menghadapinya. Dan modal dasar dari keidealisan kita adalah IMAN.
Melihat realita yang sedang berkembang. Boleh rasanya kita membuat wacana yang sepertinya cocok untuk orang-orang realistis. Dunia ini, sungguh telah mengalami sebuah transformasi besar-besaran. Dan sangat tepat dengan apa yang diprediksikan oleh malaikat dalam salah satu ayat dalam surat al-baqarah.”ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.".
Sebenarnya ayat yang diatas itu mungkin lebih mengarah kepada kerusakan. Tapi, yang namanya kerusakan belum tentu seperti yang digambarkan orang-orang yang merusak barang sana-sini. Tetapi, lebih dari itu. Membuat kerusakan moral, kerusakan pemikiran, dan kerusakan yang membuat dunia ini berubah. Kalau kita berkaca pada realita, maka di zaman ini terdapat dua manusia saja. Manusia dengan ideologi idealis – realistik dan pragmatis – realistik.
Wacana demi wacana kian menguraikan bahwa yang kita lihat setiap harinya adalah orang – orang yang lebih terhadap pragmatis – realistik. Mereka lebih mengutamakan dengan apa yang mereka anggap mudah, dengan apa yang mereka anggap bahwa inilah satu – satunya jalan yang harus ditempuh, padahal sesungguhnya masih ada banyak jalan yang bisa dilalui. Apalagi orang – orang yang pragmatis realistik ini kebanyakan muncul ketika pemilu, banyak oknum – oknum partai bahwa partai mereka bukanlah partai yang dengan mudah memakai sistem money politic, akan tetapi, realita menunjukkan bahwa kemenangan suatu partai hanya bisa didapatkan dengan uang. Akhirnya, banyak oknum – oknum yang tadinya mencoba untuk idealis, tapi karena melihat realita, mereka pun kalah dengan ke-pragmatis-an dunia. Mereka akhirnya memakai dengan sistem money politic. Dan mereka menang.
Itulah mereka yang tergerus oleh peradaban dunia pragmatis. Mencoba untuk idealis, tapi malah menikmati sisi pragmatis-nya. Ironis sekali. Bahkan, jika kita melihat di ibukota sendiri dimana banyak orang desa yang kebanyakan adalah orang-orang yang idealis ketika mereka pergi ke Ibukota, dan mengalami yang namanya shock culture, maka ketika mereka kembali ke desa, maka pemikiran mereka menjadi pragmatis. Tetapi itu tidak semua.
Itulah orang – orang pragmatis. Maka mereka akan mencoba mencemooh orang – orang yang beda terhadap mereka semua. Dan ini adalah sunnatullah. Bagaimana kita bisa membaca siroh nabawiyah, bahwa setiap rasul selalu mengahadapi musuh – musuhnya yang sama sekali jauh dari sifat idealisme. Kita melihat, nabi kita muhammad yang digoda dengan harta, tahta, dan wanita. Sejenak kita merenung, bahwa hal itu memang telah ada sejak zaman dahulu.
Makanya, mungkin kita akan melihat orang – orang yang idealis ini adalah orang – orang yang beda pada zamannya. Mereka sesungguhnya tahu bahwa yang mereka lakukan adalah benar menurut mereka. Seolah – olah AD/ART mereka tidak pernah mengalami perubahan. Kalaupun mereka akan ubah AD/ART mereka, maka hal-hal yang menurut mereka masih mencerminkan sosok ke-idealis-an mereka maka hal itu tidak akan berani untuk mengubahnya. Jika kita lebih cermat, maka orang – orang idealis ini sangat sedikit sekali pengikutnya. Tapi ini pada mulanya. Nah, sekarang kita bertanya, akankah orang – orang idealis ini bisa memimpin dunia ?
Kita bisa mencontohkan dengan dakwah nabi di fase Madinah, di saat – saat itulah kemenangan dakwah muncul ke permukaan bumi dan menyemai kedamaian yang sangat berbeda dengan kedamaian sebelumnya. Pun juga nanti, pasti ada saatnya, sosok dari seorang manusia atau golongan idealis yang akan memimpin dunia.
Di tengah tempaan orang – orang pragmatis, mereka bukan semakin mengecilkan langkah mereka. Tapi, pergerakan orang – orang idealis ini semakin masif. Mereka berada di tengah-tengah badai kesenangan, tapi prinsip mereka tidak pernah berubah berakit – rakit dahulu, bersenang – senang kemudian. Dan orang – orang yang bergerak di tengah arus pragmatisme ini adalah orang – orang yang terpelajar. Mereka adalah orang – orang yang tidak mau mengorbankan apa yang telah menjadi pijakannya. Tetapi, lagi – lagi banyak ketika mereka telah lepas dengan status orang – orang yang terpelajar, maka mereka kembali bersama orang – orang yang berada dalam badai kesenangan, badai keputusasaan. Seolah mereka tidak menemukan apa yang menjadi pijakannya selama ini.
Maka dari itu, sangatlah berbahaya jika kita mencoba untuk bersikap idealis, tapi tidak tahu pijakan mengapa kita harus besusah – susah untuk mempertahankan ideologi yang bersifat idealis ini. Susah memang. Karena memang, kita dihadapkan dengan sesuatu yang belum atau tidak pernah sama sekali kita menghadapinya. Dan modal dasar dari keidealisan kita adalah IMAN.
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!