Skip to main content

Membangun Stabilitas Negara persepektif Negara Madani (Refleksi Tahun Baru Islam Muharram 1431 H)

Kalau berbicara masalah Muharram tentu kita berbicara masalah semua kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan selama setahun kemarin, lalu kemudian ketika Muharram dating, kita memohon pada Allah untuk mengampuni semua dosa-dosa yang pernah kita lakukan pada setahun yang lalu. Maka tak jarang, kalau kita sering melihat dalam malam satu Muharram banyak sekali orang-orang atau pengajian-pengajian mengadakan muhasabah (instropeksi diri) baik itu untuk kalangan mereka, masyarakat ataupun bangsa ini. Dalam artian begini, Moment Muharram ini adalah starting point kita untuk melakukan segala bentuk perubahan tentunya dari arah kejelekan menuju arah kebaikan. Kita memohon kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa kita dan kemudian kita meminta untuk membuka lembaran baru untuk menapaki jalan hidup ini.
Begitupun dalam negara, moment muharram ini begitu sangat sakral bagi bangsa Indonesia ini, yang katanya sedang berkembang. Muharram bisa membawa semangat perubahan bangsa ini, melebihi jargon-jargon Soekarno dalam ‘ganyang Malaysia’. Saat ini, dan detik ini juga, kita harus memahami bahwa kebutuhan negara saat ini adalah stabilitasnya. Sejak runtuhnya Soeharto, stabilitas negara sampai saat ini masih dibilang kacau. Walaupun di eranya SBY, sudah mulai menunjukkan penurunan. Satu pertanyaan penting yang mendasar, mengapa harus stabilitas negara yang saat ini harus kita perhatikan ? sesungguhnya value of stability terletak di dalam komponen yang menjaga negara ini yaitu masyarakat. Krisis moneter, moral, dan segalanya yang melanda Indonesia berawal dari tiadanya yang menjaga stabilitas negara. Bagaimana tidak, saat krisis moneter melanda, pejabat-pejabat malah asyik-asyiknya memakan uang rakyat, ngalor-ngidul ke satu negara ke negara lain. Inilah sesunguhnya penyebab dari turunnya stabilitas negara. Masyarakat telah kehilangan satu sosok yang dibanggakan, mereka di negara ini telah kehilangan presiden yang seharusnya menjadi panutan. Sosok presiden telah menjadi symbol bagi negaranya saja. Cukup itu.
Maka dari itu, moment muharram kita mencoba membangun stabilitas negara yang sangat diperlukan oleh kita saat ini dan detik ini juga. Persepektif negara madani, ya, negara madani adalah suatu negara yang dimana negara ini memiliki kekuatan dalam menegakkan kebenaran, memiliki kekuatan dalam membangun agama, dan memiliki kekuatan dalam menghapus kedzaliman (saya dapatkan ketika Daurah Marhalah II di Malang). Ketika negara ini telah memiliki ketiganya, maka bisa disebut negara madani. Stabilitas negara madani memang banyak sekali tafsirannya, akan tetapi saya mencoba untuk merangkumnya menjadi satu. Komponen stabilitas negara madani adalah : Pemimpin, para Fuqoha (disini mungkin bisa diwakili oleh ‘Ulama), para Dermawan, dan ahlul qura’ ( orang-orang penghapal, pecinta terhadap al-Quran). Empat komponen itulah yang menjadikan negara madani stabil. Kalau melihat dalam sejarah Islam, maka negara madani adalah negara yang dibentuk oleh Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Contoh itu mungkin cukup mewaliki untuk menjadi negara yang dirahmati oleh Allah, penduduknya beriman, pemimpin yang adil, para orang kaya mendermakan harta mereka, ulama yang selalu diberdayakan ( dalam artian mereka selalu diajak diskusi masalah kenegaraan dan tentunya ini menyangkut masalah politik ), doanya para fuqoha agar senantiasa terjauh dari musibah yang ditimpakan Allah, dan akhlak yang baik daripada ahlu qura’.
Itulah tugas-tugas mereka, pemimpin yang adil terhadap rakyatnya tiada pandang bulu, penduduknya yang beriman dengan keimanan yang tinggi, yang Islam maka dia patuh dan taat kepada semua perintah Allah, begitu dengan agama-agama lain, juga harus beriman menurut kepercayaan masing-masing (merujuk konsep pancasila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’). Para pemegang saham yang ada di Indonesia, para orang kaya yang senantiasa mendermakan harta mereka, bukan ketika akan membayar zakat aja. Kedermawanan Utsman mungkin bisa dijadikan contoh panutan bagi orang-orang pemegang saham, dan orang-orang kaya di Indonesia. Para Ulama yang senantiasa fatwanya diikuti oleh pemimpin hatta rakyatnya, mereka tidak hanya diajak diskusi dalam masalah keagamaan saja, akan tetapi bisa diajak diskusi dalam masalah kenegaraan. Doanya para fuqoha yang menghindarkan negara dari segala musibah. Dan akhlak yang baik tercermin dalam diri setiap ahlu qura’. Ujung dari kesuksesan stabilitas negara ini adalah pemimpin yang mempunyai kepercayaan dari rakyatnya, ulama yang berujung kepada ketaatan, ahlu qura’ yang berujung pada akhlak yang baik dalam setiap personal masyarakatnya. Kedermawanan orang yang dermawan akan berujung kepada swasembada negara.
Inilah sesungguhnya yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini. Menjadikan moment muharram adalah waktu yang tepat untuk instropeksi diri dan kemudian tidak larut dalam segala dosa lalu bangkit membangun negara ini dengan komponen stabilitas negara madani. Musim pertaubatan mungkin bisa dilakukan pada momen ini, tapi jangan sampai kita terlarut dalam tangisan-tangisan yang kemudian tidak mampu membawa kepada yang lebih berharga. Kita hanya menangisi dosa-dosa kita, tanpa melakukan sebuah perbuatan yang lebih berharga. Bertaubat memang penting, namun terlalu larut dalam kesedihan taubat itulah yang berbahaya. Terlalu larut dalam tangisan dosa, kita mungkin tidak akan segara melakukan pahala-pahala yang dapat menghapus dosa itu. Segera memohon ampun untuk negara ini, dan marilah kemudian kita melakukan amal-amal yang besar untuk terbentuknya stabilitas negara yang dibutuhkan. Bangkitlah Negeriku, Harapan itu Masih Ada !!
Wallahu a’lam.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 5 # Seri Ushul 'Isyrin

"Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat istiadat) maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya." Dalam pasal yang kelima ini, Hasan al-Banna ingin mengatakan bahwa semua pendapat imam yang tidak ada teks hukumnya boleh kita amalkan jika memang itu membawa kemaslahatan ummat. Dari sini juga, semua manusia bisa menggunakan ijtihadnya masing-masing. Jadi dalam mengambil keputusan yang didalamnya tidak mengandung atau tidak ada dalil sebagai landasan hukumnya, maka kita boleh mengambil pendapat imam yang kita yakini atau kita punya ijtihad sendiri.

Prinsip 2 # Seri Ushul 'Isyrin

"Al-Quran yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami Al-Quran sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'asuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami sunnah suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya." Pasal yang kedua ini, Ustadz Hasan al-Banna memberikan tentang landasan berpikir manusia. Memberikan landasan tentang kesempurnaan Islam. Setelah kita memahami kesempurnaan Islam, maka seyogyanya kita juga harus memahami landasan kenapa kita harus sempurna islam kita. Karena sesungguhnya, dua kitab itulah yang menjadikan Islam ini jauh lebih sempurna ketimbang agama yang lainnya. Ajarannya yang suci tidak lepas dari peran kedua kitab ini. Kitab ini juga yang menjadi wasiat Rasulullah ketika akan meninggal. Adakah yang lebih berharga daripada al-Quran dan as-Sunnah ketika rasulullah wafat ? Allah berfirman dalam surat an-Nisa : 59