Skip to main content

Teori Relativisme Agama

Oke sebelum kita masuk dalam teori relativisme agama, disini saya mencoba menerangkan daripada arti relativisme itu sendiri. Dalam pengertian relativisme adalah fleksibel. Artinya bahwa relative itu hanya bisa dinilai tergantung oleh setiap penilainya. Disini bisa saya contohkan adalah kata sifat cantik. Orang yang cantik itu sifatnya relatif, artinya bahwa penilaian kecantikan seseorang itu tergantung dari sudut pandang setiap manusia yang menilainya. Kalo saya katakan wanita itu cantik, mungkin dihadapan anda semua wanita itu tidak cantik. Inilah makna daripada relative itu sendiri. Sebenarnya, teori ini lebih terhadap kebenaran sesuatu. Kebenaran teori adalah relativisme. Berbeda dengan hukum. Sifat hukum adalah absolut. Lawan daripada relative itu sendiri. Arti daripada absolut adalah kebenaran sejati yang tidak dapat diganggu gugat kebenarannya.
Relativisme agama, apa yang ada di dalam benak anda ketika saya mengatakan makna daripada arti relativisme agama. Relativisme agama adalah suatu paham yang mengatakan bahwa kebenaran agama itu dianggap benar oleh pemeluknya. Dalam artian begini, kebenaran setiap agama adalah benar menurut setiap pemeluknya. Orang-orang muslim menganggap benar agamanya. Orang-orang kristen menganggap benar agama yang dianutnya. Begitupun dengan hindu, budha, dan agama yang lainnya. Anda mungkin tidak setuju dengan pemikiran saya, terutama adalah orang muslim. Saya juga orang muslim, akan tetapi teori relativisme ini adalah bersifat sosial, bukan kebenaran mengenai keesaan tuhan. Bukan mengenai teologi ketuhanan. Bagi saya sebenarnya ini menyalahkan daripada aturan yang dibuat oleh Allah dalam surat Ali-Imron bahwa Islam agama yang paling benar. Kalau saya melihatnya bukan dari segi sosial. Akan tetapi Islam paling benar adalah merujuk daripada tuhan orang islam itu sendiri. Semua tuhan-tuhan dari agama selain islam dalam kitabnya tidak pernah mengklaim bahwa mereka adalah tuhan bagi pemeluknya kecuali islam. Dalam kitab injil, Yesus atau Isa tidak pernah mengatakan “Aku adalah tuhanmu, maka sembahlah Aku”. Dalam kitabnya orang yahudi, hindu, budha, dan agama yang lainnya pun tidak pernah mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Allah. Namun kita bisa lihat dalam Al-Quran, banyak sekali Allah mengatakan dalam kitabnya “Aku adalah tuhanmu, maka sembahlah Aku olehmu dan kaum manusia sekalian.”
Teori relativisme yang saya terangkan adalah ingin mencoba untuk menghilangkan sifat ekslusif dalam orang islam sendiri terhadap penganut agama yang lainnya. Kita bisa melihat dalam tragedi-tragedi di poso, ambon, dan terakhir adalah di bekasi. Itu adalah ketidakadaannya teori relativisme. Bahkan kita tidak bisa membayangkan kalau semua agama di dunia ini saling mengklaim untuk menjadi agama yang paling benar. Kasus di Indonesia mengatakan(sebagai saksi bisu) bahwa di daerah yang saya sebutkan diatas adalah kasus agama dimana kaum mayoritas menjadi mangsa kaum minoritas. Anda bisa bayangkan bagaimana kaum mayoritas bisa tertindas ??
Inilah mengapa teori ini patut untuk diketengahkan, bukan berarti saya penganut paham liberal ataupun plural. Akan tetapi, saya mencoba untuk melahirkan kedamaian di Indonesia ini. Mencoba agar agama mayoritas tidak tertindas didalam kemayoritasannya. Dalam relativisme agama, saya mencoba untuk mengajak anda bahwa setiap ibadah yang mereka anut adalah benar. Dalam islam, sholat adalah benar menurut kita. Dalam kristen, kebaktian adalah benar juga menurut mereka. Sehingga kita tidak bisa menghakimi dengan cara hal-hal yang brutal untuk memasukkan ajaran kita kepada agama lainnya.
Rasulullah sendiri, dalam sejarah islam sangat memberi kebebasan dalam beragama. Negara madinah bukanlah negara yang secara keseluruhan islam, akan tetapi agama itu hidup saling berdampingan. Inilah makna daripada teori relativisme yang saya pahami. Disini, saya mencoba mengungkapkan bahwa kebenaran sejati adalah milik Allah. Kebenaran relative yang kemudian diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan beribadah setiap pemeluknya adalah benar juga. Selama mereka tidak menyimpang dari agama yang mereka yakini. Yah, bolehlah anda bisa mengatakan sebagai toleransi umat beragama. Kita meyakini bersama, keceriaan akan terwujud, kalau kita mau mewujudkan keceriaan itu bersama.
Lakum dinukum waliyadiin...
Wallahu a’lam

Comments

  1. Saya kurang mengerti bung, ttg agama mayoritas yang tertindas dalam kemayoritasannya, yg biasanya ada adalah yang minoritas pastilah tertindas oleh yang mayoritas

    ReplyDelete
  2. begini... anda pasti liat berita yang di Poso, Ambon dan provinsi bagian barat... Bagaimana kemudian mereka itu seolah yang menjadi bulan-bulanan orang-orang Kristen... itulah mengapa saya berani mengatakan seperti itu

    ReplyDelete

Post a Comment

thank's for your comentar,bro !!!

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda