Sport Center |
Gedung B (tempat kuliah bersama) |
Mungkin kalian semua yang membaca ini akan menggeleng-gelengkan kepala karena selama pemerintahan cukup dengan 1 rektor saja mampu mengganti nama dengan 6 kali pergantian. Masa-masa transisi inilah yang kemudian bisa membawa siapa sebenarnya UIN Maulana Malik Ibrahim ini. Awal-awal sebelum berdiri gedung-gedung megah di UIN, dahulu adalah universitas yang sangat kumuh, bahkan bisa dibilang UIN waktu itu gedungnya sama dengan gedungnya sekolah SD. Akan tetapi dengan pemerintahan Imam Suprayogo semua disulap menjadi gedung-gedung megah bahkan pembangunannya pun sangat-sangat cepat. Dalam pidato-pidatonya yang sering diulang-ulang saat pertemuan-pertemuan wali mahasiswa, dalam pertemuan-pertemuan penting, pak rektor selalu mengulang-ulang kiat sukses dalam membangun universitas. Lantas apa itu kiat sukses dari pembangunan universitas ini, tidak lain adalah kebersamaan. Pak rektor mencoba untuk menerapkan system kebersamaan antar dosen, antar pegawai, antar elemen-elemen kampus. Sistem jama’ah inilah yang membawa UIN menjadi berjaya, bahkan saat ini UIN sedang melakukan pembangunan gedung baru yang ada di kabupaten Malang dan Batu.
Segala sesuatu dimulai dengan kebersamaan. Bersama-sama kita bisa-mungkin itulah yang menjadi jargon pak Imam saat itu. Sistem ini dimulai dengan rektor, pembantu rektor, dekan, pembantu dekan, ketua jurusan, para dosen dan pegawai di universitas ini menyisihkan sedikit gaji mereka untuk kemudian kumpulan gaji itu diimplementasikan kedalam gedung-gedung baru. Sistem infaq yang dilakukan oleh Pak Imam ini sampai saat ini masih berlaku, bahkan pak Imam sendiri merupakan penyalur terbanyak dalam berinfaq. Setiap bulannya, beliau menyumbangkan ke el-Zawa (seperti badan penyalur Bazis yang dibentuk oleh pak Imam) sebanyak 3.000.000 rupiah. Seperti yang dikatakan dalam pidato berulang-ulangnya bahwa uang gaji yang didapat sebagai rektor diinfaqkan semuanya. Dan sekarang ini, yang merasakan kebersamaan yang dilakukan oleh para birokrasi kampus bukan hanya mereka, mahasiswa pun juga. Kalau saya merasakan SPP termurah saat ini disetiap universitas adalah UIN MALIKI Malang. Kalian tahu berapa SPP daripada mahasiswa ? 950.000-900.000, ya masih belum mencapai berjuta-juta. Dan kita doakan semoga tidak akan menambah lagi.
Saya pun cukup terkagum dengan apa yang telah dilakukan oleh pak Rektor. Terobosan-terobosan baru yang spektakuler mampu digulirkan oleh satu orang pemikir strategis. Maka jangan heran kalau dalam 2 periode ini para pembantu rektor, dekan, hingga kebawah masih sulit menemukan sosok pengganti pemikir strategis yang mampu membuat UIN ini bisa go internasional (karena UIN MALIKI saat ini ingin menjadi universitas terhebat kedua sedunia dengan dalih bahwa semua universitas ingin menjadi nomer satu, akan tetapi kata pak Imam :“ kita cukup menjadi universitas kedua saja di dunia ini.“). Dalam menyikap hal ini, kemudian pak Imam menemukan jawabannya, pak Imam cukup lega sepertinya. Di dalam UIN sendiri ada suatu organisasi penghapal al-Quran yang namanya adalah HTQ (Hai’ah Tahfidz Al-Quran). Berangkat dari situlah kemudian pak Imam lega karena sudah menggantikan siapa pemimpin yang akan memimpin 25 tahun yang akan datang, yaitu adalah mahasiswa-mahasiswa yang telah hafidz quran. Mereka inilah yang akan menjadi pengganti saya. Seperti yang pernah dikutip dalam perkataan beliau.
Kembali ke topik semula, sistem jama’ah pun tidak hanya diimplementasikan hanya dengan berinfaq saja. Para dosen, pegawai, dan seluruh elemen diajak oleh pak rektor untuk melakukan sholat Jama’ah dzuhur di masjid yang dibangun di UIN dan kemudian diteruskan dengan taushiyah dari para pegawai, dan dosen. Bahkan pak rektor pun menjadi pembicara dalam taushiyah tersebut. Inilah mengapa UIN hingga saat ini mampu berjuang mempertahankan namanya. Pergulatan-pergulatan ini sebenarnya mulai muncul saat UIN ini lepas dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, karena dulu fakultas Tarbiyah IAIN Suna Ampel ada di Malang, inilah cikal bakal berdirinya UIN Maulana Malik Ibrahim. Hingga saat ini saya masih belum menemukan rektor yang mampu membaur dengan para mahasiswanya dengan sangat erat.
Wallahu a’lam.
bener akh, pembangunannya yg terencana...
ReplyDeletesy di Sidoarjo saja sampe berburu refrensi buku sampai ke UIN Malang :D, hebat deh...
*sukses...
Amiennn....
ReplyDeletedoain aja