Skip to main content

UIN Malang : Poros Kekuatan Dalam Hidup Berjama’ah

Sport Center
Gedung B (tempat kuliah bersama)
Saya tidak tahu apa yang ada dipikiran rektor UIN Malang ini, entah apa yang telah dipikirkan masa lalu, sekarang atau masa depan. Tapi, rektor UIN Malang ini yang telah menjabat rektor selama kurang lebih 12 tahun mampu membawa UIN Malang ini bukan menjadi sekedar Universitas saja. Nama UIN Malang yang sekarang menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah tidak luput dari rekayasa rektor Imam Suprayogo. Selama beliau menjabat pula, universitas ini telah mengalami 6 kali pergantian nama. Masa-masa yang seperti inilah yang membuat universitas menjadi sedikit lebih bijak. Saat nama awal diberi nama dengan PTAIN Malang setelah itu menjadi STAIN Malang dan setelah itu IAIN Malang berlanjut dengan nama UIIS(Universitas Islam Indonesia Sudan atau bisa diplesetkan menjadi Universitas Islam Imam Suprayogo) setelah itu menjadi UIN tanpa nama, baru tahun 2004 kemarin UIN mengganti namanya dan mudah-mudahan akan tetap menjadikan nama yang abadi dengan nama UIN MALIKI Malang.
Mungkin kalian semua yang membaca ini akan menggeleng-gelengkan kepala karena selama pemerintahan cukup dengan 1 rektor saja mampu mengganti nama dengan 6 kali pergantian. Masa-masa transisi inilah yang kemudian bisa membawa siapa sebenarnya UIN Maulana Malik Ibrahim ini. Awal-awal sebelum berdiri gedung-gedung megah di UIN, dahulu adalah universitas yang sangat kumuh, bahkan bisa dibilang UIN waktu itu gedungnya sama dengan gedungnya sekolah SD. Akan tetapi dengan pemerintahan Imam Suprayogo semua disulap menjadi gedung-gedung megah bahkan pembangunannya pun sangat-sangat cepat. Dalam pidato-pidatonya yang sering diulang-ulang saat pertemuan-pertemuan wali mahasiswa, dalam pertemuan-pertemuan penting, pak rektor selalu mengulang-ulang kiat sukses dalam membangun universitas. Lantas apa itu kiat sukses dari pembangunan universitas ini, tidak lain adalah kebersamaan. Pak rektor mencoba untuk menerapkan system kebersamaan antar dosen, antar pegawai, antar elemen-elemen kampus. Sistem jama’ah inilah yang membawa UIN menjadi berjaya, bahkan saat ini UIN sedang melakukan pembangunan gedung baru yang ada di kabupaten Malang dan Batu.
Segala sesuatu dimulai dengan kebersamaan. Bersama-sama kita bisa-mungkin itulah yang menjadi jargon pak Imam saat itu. Sistem ini dimulai dengan rektor, pembantu rektor, dekan, pembantu dekan, ketua jurusan, para dosen dan pegawai di universitas ini menyisihkan sedikit gaji mereka untuk kemudian kumpulan gaji itu diimplementasikan kedalam gedung-gedung baru. Sistem infaq yang dilakukan oleh Pak Imam ini sampai saat ini masih berlaku, bahkan pak Imam sendiri merupakan penyalur terbanyak dalam berinfaq. Setiap bulannya, beliau menyumbangkan ke el-Zawa (seperti badan penyalur Bazis yang dibentuk oleh pak Imam) sebanyak 3.000.000 rupiah. Seperti yang dikatakan dalam pidato berulang-ulangnya bahwa uang gaji yang didapat sebagai rektor diinfaqkan semuanya. Dan sekarang ini, yang merasakan kebersamaan yang dilakukan oleh para birokrasi kampus bukan hanya mereka, mahasiswa pun juga. Kalau saya merasakan SPP termurah saat ini disetiap universitas adalah UIN MALIKI Malang. Kalian tahu berapa SPP daripada mahasiswa ? 950.000-900.000, ya masih belum mencapai berjuta-juta. Dan kita doakan semoga tidak akan menambah lagi.
Saya pun cukup terkagum dengan apa yang telah dilakukan oleh pak Rektor. Terobosan-terobosan baru yang spektakuler mampu digulirkan oleh satu orang pemikir strategis. Maka jangan heran kalau dalam 2 periode ini para pembantu rektor, dekan, hingga kebawah masih sulit menemukan sosok pengganti pemikir strategis yang mampu membuat UIN ini bisa go internasional (karena UIN MALIKI saat ini ingin menjadi universitas terhebat kedua sedunia dengan dalih bahwa semua universitas ingin menjadi nomer satu, akan tetapi kata pak Imam :“ kita cukup menjadi universitas kedua saja di dunia ini.“). Dalam menyikap hal ini, kemudian pak Imam menemukan jawabannya, pak Imam cukup lega sepertinya. Di dalam UIN sendiri ada suatu organisasi penghapal al-Quran yang namanya adalah HTQ (Hai’ah Tahfidz Al-Quran). Berangkat dari situlah kemudian pak Imam lega karena sudah menggantikan siapa pemimpin yang akan memimpin 25 tahun yang akan datang, yaitu adalah mahasiswa-mahasiswa yang telah hafidz quran. Mereka inilah yang akan menjadi pengganti saya. Seperti yang pernah dikutip dalam perkataan beliau.
Kembali ke topik semula, sistem jama’ah pun tidak hanya diimplementasikan hanya dengan berinfaq saja. Para dosen, pegawai, dan seluruh elemen diajak oleh pak rektor untuk melakukan sholat Jama’ah dzuhur di masjid yang dibangun di UIN dan kemudian diteruskan dengan taushiyah dari para pegawai, dan dosen. Bahkan pak rektor pun menjadi pembicara dalam taushiyah tersebut. Inilah mengapa UIN hingga saat ini mampu berjuang mempertahankan namanya. Pergulatan-pergulatan ini sebenarnya mulai muncul saat UIN ini lepas dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, karena dulu fakultas Tarbiyah IAIN Suna Ampel ada di Malang, inilah cikal bakal berdirinya UIN Maulana Malik Ibrahim. Hingga saat ini saya masih belum menemukan rektor yang mampu membaur dengan para mahasiswanya dengan sangat erat.
Wallahu a’lam.

Comments

  1. bener akh, pembangunannya yg terencana...
    sy di Sidoarjo saja sampe berburu refrensi buku sampai ke UIN Malang :D, hebat deh...
    *sukses...

    ReplyDelete

Post a Comment

thank's for your comentar,bro !!!

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 5 # Seri Ushul 'Isyrin

"Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat istiadat) maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya." Dalam pasal yang kelima ini, Hasan al-Banna ingin mengatakan bahwa semua pendapat imam yang tidak ada teks hukumnya boleh kita amalkan jika memang itu membawa kemaslahatan ummat. Dari sini juga, semua manusia bisa menggunakan ijtihadnya masing-masing. Jadi dalam mengambil keputusan yang didalamnya tidak mengandung atau tidak ada dalil sebagai landasan hukumnya, maka kita boleh mengambil pendapat imam yang kita yakini atau kita punya ijtihad sendiri.

Prinsip 2 # Seri Ushul 'Isyrin

"Al-Quran yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami Al-Quran sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'asuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami sunnah suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya." Pasal yang kedua ini, Ustadz Hasan al-Banna memberikan tentang landasan berpikir manusia. Memberikan landasan tentang kesempurnaan Islam. Setelah kita memahami kesempurnaan Islam, maka seyogyanya kita juga harus memahami landasan kenapa kita harus sempurna islam kita. Karena sesungguhnya, dua kitab itulah yang menjadikan Islam ini jauh lebih sempurna ketimbang agama yang lainnya. Ajarannya yang suci tidak lepas dari peran kedua kitab ini. Kitab ini juga yang menjadi wasiat Rasulullah ketika akan meninggal. Adakah yang lebih berharga daripada al-Quran dan as-Sunnah ketika rasulullah wafat ? Allah berfirman dalam surat an-Nisa : 59