Memasuki penghujung tahun baru, setiap orang merayakannya. Setiap orang menunggu. Mereka rela menunggu berjam-jam hanya untuk melihat pergantian tahun. Dari tahun ke tahun, pergantian tahun selalu saja menjadi hal yang teristimewa dan menyenangkan bagi sebagian orang ataupun seluruhnya. Entah itu tahun baru Masehi ataupun Hijriyah. Kita atau bahkan mereka merasakan ada sebuah euphoria yang mendalam saat tahun baru. Kita menyadari hal itu. Tanggal 31 malam setiap bulan desember adalah momen yang ditunggu. Terompet-terompet mulai dijajakan. Jalanan dan tempat pariwisata penuh dengan hal-hal yang euphoria.
Namun, sadarkah kita. Apa sebenarnya esensi dari pergantian tahun ini. Ketika tahun ini bertambah, apakah bumi ini akan semakin muda dengan setiap pergantian tahunnya ? Ataukah bumi akan semakin tua, dan dia akan semakin berat dan renta untuk memikul beban ini. Sama seperti kita saat berulang tahun. Taruhlah diri kita ini adalah bumi, sedangkan seluruh komponen-komponen tubuh ini adalah penduduk masyarakat bumi. Bagi komponen tubuh, ulang tahun adalah sebuah pergantian tahun. Setiap umur kita berganti, bukankah waktu kita hidup di dunia ini akan semakin berkurang, dan kemudian ketika umur kita berkurang apakah seluruh komponen di dalam tubuh ini akan senang dengan apa yang dilakukan banyak manusia pada saat tahun baru ? Bukankah seharusnya, mereka justru sedih karena dengan bertambahnya usia kita, maka akan berkurang pula setiap fungsi organ-organ yang ada di dalam tubuh ini ?
Sekarang, kita kembalikan kepada dunia yang sesungguhnya, bukan dunia perumpamaan dan bukan pula dunia permisalan. Umur bumi yang semakin bertambah ini ditandai dengan pergantian tahun, apakah sejalan dengan penghuni bumi yang merasakan bahwa sesungguhnya dengan pergantian tahun ini mereka seharusnya sadar kalau mereka akan mendekati masa-masa yang seolah tidak ada artinya, apakah mereka sadar bahwa semakin bertambahnya umur bumi ini akan semakin tambah aus setiap fungsi mereka ? Ternyata tidak, penghuni bumi justru merayakan atas bertambah tuanya bumi ini. Hal ini adalah kontradiktif dengan yang seharusnya.
Apa yang harus kita siapkan ?
Namun, sadarkah kita. Apa sebenarnya esensi dari pergantian tahun ini. Ketika tahun ini bertambah, apakah bumi ini akan semakin muda dengan setiap pergantian tahunnya ? Ataukah bumi akan semakin tua, dan dia akan semakin berat dan renta untuk memikul beban ini. Sama seperti kita saat berulang tahun. Taruhlah diri kita ini adalah bumi, sedangkan seluruh komponen-komponen tubuh ini adalah penduduk masyarakat bumi. Bagi komponen tubuh, ulang tahun adalah sebuah pergantian tahun. Setiap umur kita berganti, bukankah waktu kita hidup di dunia ini akan semakin berkurang, dan kemudian ketika umur kita berkurang apakah seluruh komponen di dalam tubuh ini akan senang dengan apa yang dilakukan banyak manusia pada saat tahun baru ? Bukankah seharusnya, mereka justru sedih karena dengan bertambahnya usia kita, maka akan berkurang pula setiap fungsi organ-organ yang ada di dalam tubuh ini ?
Sekarang, kita kembalikan kepada dunia yang sesungguhnya, bukan dunia perumpamaan dan bukan pula dunia permisalan. Umur bumi yang semakin bertambah ini ditandai dengan pergantian tahun, apakah sejalan dengan penghuni bumi yang merasakan bahwa sesungguhnya dengan pergantian tahun ini mereka seharusnya sadar kalau mereka akan mendekati masa-masa yang seolah tidak ada artinya, apakah mereka sadar bahwa semakin bertambahnya umur bumi ini akan semakin tambah aus setiap fungsi mereka ? Ternyata tidak, penghuni bumi justru merayakan atas bertambah tuanya bumi ini. Hal ini adalah kontradiktif dengan yang seharusnya.
Apa yang harus kita siapkan ?
Tahun baru 2011 baru saja hadir, ditandai dengan petasan-petasan yang mewarnai indahnya langit malam itu. Pertanyaan besar diatas adalah pertanyaan yang mudah. Seolah kalau dalam ujian kemudian ada pertanyaan seperti itu kita mudah untuk menjawabnya, namun keyakinan mental untuk melaksanakan persiapan itulah yang cenderung susah.
Tahun 2011 adalah tahun-tahun yang penuh dengan momentum. Setiap detiknya mengandung momentum. Namun, tidak semua bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan momentum tersebut. Salah satu jalan kesuksesan adalah memanfaatkan dan mengoptimalkan momentum dengan tepat,cermat, dan penuh perhitungan namun pasti. Saat ini, yang harus kita siapkan adalah bagaimana kita dengan tepat,cermat, dan penuh perhitungan namun pasti dalam menghadapi setiap momentum. Tidaklah setiap momentum itu milik kita. Namun, bagi kita momentum adalah hikmah yang hilang, sehingga kita harus mencarinya. Setelah merasakan momentum itu ada di waktu yang tepat, perhitungan yang cermat dan dengan pasti kita harus mengoptimalkannya. Kehilangan satu momentum adalah suatu kerugian bagi kita. Kematian istri dan paman daripada baginda Nabi adalah momentum yang tepat bagi Allah untuk kemudian mentarbiyah Nabinya untuk menjalankan isra Mi’raj, walaupun sesungguhnya yang memiliki momentum itu sebenarnya adalah Allah.
Potensi yang ada di dalam diri kita adalah sesuatu yang nisbi atau relatif. Artinya tidak ada manusia yang sempurna dengan segala potensi yang dimilikinya. Pasti ada satu kekurangan yang ada dalam dirinya. Momentum yang Allah siapkan memang bukan untuk kita semua. Karena setiap momentum itu pastinya akan membutuhkan potensi yang dimiliki dan sekali lagi tidak semua orang memiliki potensi yang sempurna. Maka dari itu, Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan momentum yang sekiranya itu dimiliki oleh potensi kita. Ketika momentum yang tepat, cermat dalam perhitungan dan kemudian kita memiliki potensi tersebut, maka sesungguhnya tahun 2011 adalah tahun milik kita. Momentum bertemu dengan potensi dasar ataupun buatan akan menghasilkan mahakarya yang besar, monumental. Oleh karenanya, kita harus pandai-pandai dalam mengolah momentum, karena sesungguhnya sekali lagi, momentum adalah hikmah yang hilang dari tubuh jamaah islam.
Ada salah satu hadits dari Abu Hurairah riwayat Tirmidzi dan yang lainnya : “min husnil islami mar’i tarkuhu maa la ya’nih”. Bahwa salah satu tanda baiknya islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak ada gunanya. Artinya apa, bahwa sesungguhnya Allah ini memang sudah mewanti-wanti agar mengoptimalkan dan mendistribusikan kebaikan kita untuk menggapai momentum tersebut sehingga tenaga kita tidak terkuras dengan hal-hal yang menuru kita itu adalah sepele. Itu bukan bagian dari mengoptimalkan momentum. Momentum adalah hal yang lain, hal-hal yang tiada gunanya adalah lain juga.
Tahun 2011 adalah tahun-tahun yang penuh dengan momentum. Setiap detiknya mengandung momentum. Namun, tidak semua bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan momentum tersebut. Salah satu jalan kesuksesan adalah memanfaatkan dan mengoptimalkan momentum dengan tepat,cermat, dan penuh perhitungan namun pasti. Saat ini, yang harus kita siapkan adalah bagaimana kita dengan tepat,cermat, dan penuh perhitungan namun pasti dalam menghadapi setiap momentum. Tidaklah setiap momentum itu milik kita. Namun, bagi kita momentum adalah hikmah yang hilang, sehingga kita harus mencarinya. Setelah merasakan momentum itu ada di waktu yang tepat, perhitungan yang cermat dan dengan pasti kita harus mengoptimalkannya. Kehilangan satu momentum adalah suatu kerugian bagi kita. Kematian istri dan paman daripada baginda Nabi adalah momentum yang tepat bagi Allah untuk kemudian mentarbiyah Nabinya untuk menjalankan isra Mi’raj, walaupun sesungguhnya yang memiliki momentum itu sebenarnya adalah Allah.
Potensi yang ada di dalam diri kita adalah sesuatu yang nisbi atau relatif. Artinya tidak ada manusia yang sempurna dengan segala potensi yang dimilikinya. Pasti ada satu kekurangan yang ada dalam dirinya. Momentum yang Allah siapkan memang bukan untuk kita semua. Karena setiap momentum itu pastinya akan membutuhkan potensi yang dimiliki dan sekali lagi tidak semua orang memiliki potensi yang sempurna. Maka dari itu, Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan momentum yang sekiranya itu dimiliki oleh potensi kita. Ketika momentum yang tepat, cermat dalam perhitungan dan kemudian kita memiliki potensi tersebut, maka sesungguhnya tahun 2011 adalah tahun milik kita. Momentum bertemu dengan potensi dasar ataupun buatan akan menghasilkan mahakarya yang besar, monumental. Oleh karenanya, kita harus pandai-pandai dalam mengolah momentum, karena sesungguhnya sekali lagi, momentum adalah hikmah yang hilang dari tubuh jamaah islam.
Ada salah satu hadits dari Abu Hurairah riwayat Tirmidzi dan yang lainnya : “min husnil islami mar’i tarkuhu maa la ya’nih”. Bahwa salah satu tanda baiknya islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak ada gunanya. Artinya apa, bahwa sesungguhnya Allah ini memang sudah mewanti-wanti agar mengoptimalkan dan mendistribusikan kebaikan kita untuk menggapai momentum tersebut sehingga tenaga kita tidak terkuras dengan hal-hal yang menuru kita itu adalah sepele. Itu bukan bagian dari mengoptimalkan momentum. Momentum adalah hal yang lain, hal-hal yang tiada gunanya adalah lain juga.
Wallahu a’lam.
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!