Skip to main content

Islam, Pemuda dan Perubahan Sosial

Dalam beberapa kurun sebelum islam hadir, yang mana Allah mengabadikan dalam surat Al-Kahfi. Allah terlihat jelas menampakkan sosok pemuda idaman Allah. Dalam ayat 13- 14, Allah berfirman : ".....Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri , lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran." Khusus ayat ini, allah memuliakan pemuda. Setelah mengisahkan langkah-langkah perjuangan, keteguhan perjuangan pemuda,ketabahan dalam menghadapi tantangan resiko, Allah mengatakan dalam al-Quran : "Innahum fityatun " Mereka itu adalah pemuda.


Pemuda yang bagaimana yang dimuliakan oleh allah ? "Innahum fityatun aamanuu" Yang mempunyai keyakinan, yang mempunyai kedalaman iman, yang mempunyai keteguhan hati. Dan kekuatan tekad, kekuatan iman itu bersumber dari imannya kepada Allah. Cukupkah pemuda dengan imannya ?? Iman memang basis, iman memang fundamen, iman memang landasan bagi kehidupan siapa pun, termasuk pemuda. Tapi kata Allah tidak cukup dengan itu, "Wazidnaahum huuda" Kami beri petunjuk mereka, kami beri petunjuk kepada jalan yang lurus, Kami beri petunjuk kepada orentasi perjuangan yang benar. Kami beri petunjuk kepada langkah-langkah yang benar. Mengetahui kemana arah langkah perjuangan mereka, mengetahui bagaimana gerak langkah perjuangan, mengetahui apa yang harus dicapai dalam perjuangannya.

"Warabathnaa alaa qulubihim" Kami teguhkan hatinya, kami kokohkan tekadnya, kami gembleng keyakinannya. Kemudian, Allah menggambarkan karakter perjuangan pemuda "idz qomuu fa qoluu" ketika mereka bangkit dan berkata : pemuda tidak rela untuk duduk-duduk, pemuda tidak rela untuk berpangku tangan. Dia selalu bangkit, bangkit dan bangkit, itulah pemuda.

Pemuda selamanya mempunyai semangat kebangkitan ketika yang lain lumpuh. Pemuda selamanya mempunyai semangat kebangkitan ketika yang lain lesu. Pemuda selalu memberikan inspirasi akan kebangkitan ketika yang lain bosan berjuang. "Fa qoluu.." Artinya pemuda selamanya selalu bersifat deklaratif. Pemuda selamanya bersifat praklamatif. Pemuda selamanya berjuang dengan atraktif. Tidak ada pemuda berjuang dengan sunyi-sunyi. Pemuda tidak pernah menutup mulutnya karena ketakutan, pemuda tidak pernah gemeratan karena ancaman. Pemuda tidak pernah lunglai lututnya karena tekanan dan penderitaan. Itu Allah sendiri yang mengatakan, bangkit dan mendeklarasikan perjuangannya, bangkit mengantraktifkan perjuangannya. Itu sifat pemuda.

Dengan mendeklarasikan perjuangannya, pemuda mampu mengubah sosial. Dengan mulutnya, mereka menyuarakan kebenaran. Dengan tekadnya, segala ancaman yang menghambat dirinya untuk mengubah bangsa ini menjadi tertekan dengan azzamnya yang bulat. Dengan lututnya yang kuat, tekanan dan penderitaan tidak mampu menjatuhkan mental dan fisik untuk senantiasa melakukan perubahan. Sungguh, saat ini pemuda yang seperti itulah yang saat ini dibutuhkan bangsa. Bukan pemuda yang apatis, bukan pemuda yang pragmatis, apalagi pemuda yang sukanya nulis (hehehehehe santai aja bacanya bang/neng..... bercanda ^^ !!)

Islam, Pemuda dan Perubahan Sosial adalah sesuatu yang memiliki korelasi satu sama lain. Pemuda yang aamanuu adalah pemuda yang mampu menggerakkan segala potensi yang ada untuk menggulingkan keonaran, untuk menggulingkan kedzaliman, untuk menghentikan rezim-rezim yang tak beradab. Mereka adalah revolusioner untuk kebaikan.

(Sebagian besar dikutip dalam ceramah ust.Hilmi Aminuddin dalam "Panggung Pemuda")

Wallahu a'lam

Comments

Post a Comment

thank's for your comentar,bro !!!

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda