Skip to main content

Maulid Nabi dan Mesir

Maulid nabi sudah dihadapan kita, hal ini terlepas bid'ahkah orang-orang yang memperingatinya. Dan sekarang kita tidak sedang membahas hal itu. Silahkan kalau ingin memperingatiny juga tidak apa-apa, asal jangan berlebihan dalam memperingatinya. Ataupun yang tidak memperingatinya/ menganggap bid'ah juga lebih baik diam, karena setiap yang memperingati memiliki hujjah tersendiri. Maka, akan lebih baiknya kita yang tidak merayakan diam saja.

Maulid nabi adalah hari dimana nabi besar kita terlahir, lahirnya nabi besar kita sungguh telah diumumkan di dalam sejarah. Ketika itu Isa berkata kepada kaumnya bahwa akan hadir yang namanya ahmad (bisa dilihat di surat shaff-6). Kelahiran Muhammad juga tidak pernah kita tahu bahwa kebenaran akan selalu menang melawan kebathilan. Sebelum kelahiran beliau, kita lihat bagaimana pasukan bergajah dihabisi oleh tentara burung ababil saat akan menghancurkan ka'bah (bisa dilihat di surat al-fiil). Dengan satu bukti diatas, maka kita akan mengira-ngira atau mengungkapkan hipotesis kita, bahwa sebenarnya kelahiran Muhammad untuk diutus sebagai agen perubahan telah tampak dalam hal ini. Kelahiran seorang Ahmad di lingkungan yang sangat jahiliyyah (masa kebodohan), bukan berarti masyarakat arab saat itu memiliki otak yang dungu. Muhammad dilahirkan sebagai pembaharu agama, sebagai penyempurna agama tauhid menjadi islam.

Dan inilah yang menjadi sangat istimewa, mengapa ? Karena ternyata ketika Muhammad lahir, ada beberapa keanehan yang muncul terutama di alam. Bahwa suasana malam itu terlihat benderang, dll. Sungguh diawal kelahiran beliau akan nampak perubahan-perubahan yang akan membawa dunia dan bangsa arab akan terlihat lebih terangkat derajatnya.

Itu sedikit tentang maulid nabi, yang intinya adalah kelahiran nabi ini sungguh akan membawa sebuah kemenangan besar di seluruh dunia, terutama bangsa arab saat itu. Lalu apa hubungannya dengan mesir ? Hipotesis yang kemudian jika dikaitkan dengan maulid nabi adalah bahwa kemenangan rakyat mesir atas rezim yang berkuasa saat ini adalah salah satu ciri atau tanda bahwa kemenangan islam di timur tengah akan terwujud. Hal ini terlihat seperti awal dakwah kenabian Muhammad bahwa beliau awalnya berdakwah untuk membuat perubahan dalam tubuh orang-orang arab. Ketika orang-orang arab ini telah mengalami perubahan maka perubahan itu menjalar dengan sendirinya. Begitu juga di mesir. Tapi sebenarnya, hal ini telah didahului di Tunisia, dimana Ben Ali digulingkan sendiri oleh rakyatnya. Kemenangan Islam sungguh telah terlihat dalam dunia Arab. Kesatuan Arab adalah hal yang sangat inti untuk munculnya dunia yang islam sebagai rahmatan lil 'alamin (hal ini pernah terjadi pasca meninggalnya Muhammad adalah saat Umar bin Khottob dan Umar bin Abdul Aziz). Salah seorang pemikir islam, Hasan al-Banna pernah mengatakan : "Bangsa Arab dalam dakwah kami memiliki tempat yang menonjol dan porsi yang sangat besar. Karena arab adalah umat islam pertama dan bangsanya yang terpilih. Islam tidak akan bangkit tanpa kesatuan kata bangsa-bangsa arab dan kebangkitan mereka. Satu jengkal tanah di arab kami anggap sebagai jantung tanah air kami". Hasan al-Banna juga meyakini bahwa bangsa arab ini hanya disatukan oleh akidah dan bahasa. Beliau juga meyakini batas-batas geografis tidak akan bisa memecah belah makna persatuan arab dan islam ditengah kita selama-lamanya. Runtuhnya arab berarti islam juga runtuh.

Satu perkataan dari Hasan al-Banna bisa kita simpulkan bahwa kemenangan dan bersatunya arab berarti islam juga akan menang. Inilah yang kemudian mengapa kebangkitan di mesir seharusnya bisa menjadi pelecut bagi negara-negara arab yang tidak tersekat oleh apapun, karena akidah dan bahasa mereka sama. Seharusnya Tunisia dan Mesir menjadi contoh bagi kesatuan Arab. Satu lagi yang harus menjadi inspirasi kesatuan Arab, yaitu Sudan Selatan. Setelah referendum akhirnya Sudan bisa mengakhiri paceklik dalam negara mereka. Sudan Selatan, menjadi sebuah negara Islam.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda