Skip to main content

Prinsip 6 # Seri Ushul 'Isyrin

Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali Al-Ma'shum (Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari kalangan salaf ra. dan sesuai dengan kitab dan sunnah, kita terima. Jika tidak sesuai dengannya, maka Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak boleh melontarkan kepada orang-orang --karena sebab sesuatu yang dipertentangkan dengannya-- kata-kata caci maki dan celaan. Kita serahkan saja kepada niat mereka dan mereka telah berlalu dengan amal-amalnya"

Ustadz hasan al-Banna disini ingin mengatakan kepada pengikut perjuangan dan menyeru kepada seluruh manusia agar tidak tertipu dengan sifat taklid (ikut-ikutan tanpa ada ilmunya). Karena setiap orang yang kemudian kita ikuti perkataannya itu bisa salah jika tidak sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Kecuali Rasulullah, setiap perkataan beliau mengandung kebenaran, karena itu mengapa beliau dijuluki al-amin.

Ustadz Hasan al-Banna disini mengingatkan kepada kita agar kita jangan terlalu teledor dengan hal-hal yang furu'iyah. Awal-awal keruntuhan islam sebagai satu-satu agama yang terbesar adalah karena orang-orang islam itu sendiri kemudian mereka berdebat masalah furu'iyah  yang hanya menimbulkan debat kusir. Padahal jika kita tahu, Imam Syafi'i pernah berkata : "Jika ada pendapat yang lebih kuat, maka itu juga pendapatku". Disini, Imam Syafi'i saja bisa berlapang dada demi kemaslahatan umat islam. Namun, kenapa justru pengikutnya tidak bisa berlapang dada untuk saling menerima ? Dulu, di awal kemerdekaan ulama dari Ahlu Sunnah wal Jammah dan ulama dari Wahabi bisa bersatu. Namun kemudian setelah kemerdekaan ini, mereka tidak bersatu ?

Dalam mengikuti salah satu imam, jika kita tidak mempunyai ilmu maka boleh untuk diikuti asalkan imamnya tidak melenceng dari dua wasiat Rasulullah (Kitabullah dan As-Sunnah). Namun, ketika ulama yang kita ikuti itu benar, kita juga tidak boleh mengolok-olok ulama yang lain. Kita sering dengar, ulama ini diejek hanya karena berbeda pendapat masalah fiqhiyah. Apakah kemudian sifat umat islam sekarang tidak bisa menghargai pendapat orang lain hanya karena beda mazhab ? Apakah kemudian orang-orang yang mengikuti mazhab yang minoritas di kampungnya dikucilkan ? Ini kemudian yang ditakutkan oleh Hasan al-Banna. Jika kemudian telah sampai kepada taklid buta, maka jangan harap bisa bersatu dalam masalah fiqhiyah. Padahal justru masih ada hal-hal yang perlu dibereskan lagi.

Kita tahu, imam mazhab itu ternyata tidak cuma 4 saja, namun banyak sekali. Hanya saja, 4 orang itulah yang terbesar dianut oleh seluruh kamu muslim di dunia. Mereka tentu punya masanya, dan setiap masa punya kondisi masing-masing, dan setiap kondisi masing-masing punya sendiri keputusannya. Mereka adalah orang-orang yang dijamin masuk syurga, karena ijtihadnya yang membawa kemaslahatan umat islam. Kita lihat saja, Imam Syafi'i, beliau saja mempunyai mazhab yang beda ketika di Mesir dan ketika beliau di Irak. Begitu juga dengan imam hanafi atau mazhab hanafiyah yang kemudian lebih banyak memakai logika dalam memutuskan suatu perkara. Karena saat itu, daerah beliau adalah di Irak yang permasalahannya sangat berbeda dengan masyarakat Madinah. Beda lagi dengan imam hambali, atau mazhab hanabilah, ketika memutuskan suatu perkara, ia jauh lebih mengedepankan bagaimana perilaku ahli madinah.

Namun, karena mereka juga manusia. Dan manusia memiliki kesalahan, maka jika kemudian ada salah satu dari mereka ada yang pendapatnya berbeda, maka kita boleh mengambil ijtihad sendiri. Asalkan kita paham dengan bahasa arab, dan kaidah ushul fiqh yaitu maqasid Syar'iyah. Jangan sampai ketika mereka salah, kita kemudian mengolok mereka karena salah. Padahal telah jelas dalam al-Quran mengatakan :
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Lalu buat apa kita berselisih satu sama lain ? Bukankah kita punya akal untuk mengecek kebenaran dari imam yang dianut oleh kita ? Lalu kemudian mengapa kita tidak lapang dada dengan penganut mazhab lain ? Sungguh ironi bagi kita jika kita masih mempermasalahkan apakah orang-orang yang termasuk ahlu sunnah wal jamaah itu yang memakai qunut ketika shubuh atau yang tidak qunut ? dan kemudian lebih ironisnya lagi, kita menjawab yang ahlu sunnah wal jamaah itu adalah yang pakai qunut ketika dalam sholat shubuhnya.

Maka jangan heran ketika kita jadi imam dan tidak memakai qunut sholat shubuh, kita melihat makmum kita sholat shubuh lagi dengan qunut, karena ia menganggap sholat shubuh tidak memakai qunut itu tidak sah.

Ironi jika kita hari ini menginginkan kebangkitan islam untuk diseluruh dunia, namun tidak berlapang dada dalam masalah furu'iyah

Wallahu a'lam

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda