Skip to main content

Prinsip 13 #Seri Ushul 'Isyrin

"Cinta kepada orang-orang sholih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt. Sedangkan para wali adalah mereka yang disebut dalam firman-Nya :
'Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka itu bertaqwa'
Karamah pada mereka itu benar terjadi jikaa memenuhi syarat syar'i nya. Itu semua dengan suatu keyakinan bahwa mereka tidak memiliki mudharat dan manfaat bagi dirinya apalagi bagi orang lain"

Disini Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna ingin menerangkan kepada kita untuk memuliakan para ulama yang terdahulu maupun yang sekarang. Kita tahu bahwasanya ulama adalah warasatul anbiyaa' (pewaris risalah para nabi). Maka dengan kita mencintai dan meng-ikram-kan para ulama adalah salah satu taqarrub kita kepada Allah. Kita mencintai orang-orang shalih dengan memintakan doa kepadanya dengan harapan bisa terkabul. Orang-orang shalih di masa-masa sekarang yang memang benar keshalihannya sangat jarang ditemui. Banyak orang-orang yang shalih namun hanya sebatas penampilan saja. Tapi masih mempunyai suluk (akhlak) yang jelek. Mudah-mudahan kita tidak terjebak dengan penampilan saja.
 
Waliyullah atau wali Allah, Imam Hasan Al-Banna mempunyai definisi tentangnya adalah orang-orang yang beriman, tapi tidak cukup dengan beriman, ia haruslah bertaqwa. Penilaian ketaqwaan memang sangat susah untuk dilihat, namun kita manusia mungkin cukup hanya dengan melihat bagaimana perilaku wali Allah tersebut ketika di masyarakat. Allah pun terkadang memilih sebagian dari mereka untuk mempunyai karamah dengan izin-Nya. Karamah-karamah dari para Wali Allah inilah yang terkadang membuat manusia takjub dan heran. Mungkin ada orang yang percaya dengan hal itu karena memang ia wali Allah, mungkin juga ada yang tidak percaya karena memang mereka menganggap para wali Allah adalah sama seperti manusia biasa.

Disinilah Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna meneruskan dengan mengatakan : "Itu semua dengan suatu keyakinan bahwa mereka tidak memiliki mudharat dan manfaat bagi dirinya apalagi bagi orang lain" Apa arti dari statemen beliau ini ? Dalam realita sekarang, banyak para Wali Allah yang mempergunakan karamahnya untuk dikomersilkan, misalnya. Padahal sesungguhnya karamah itu tidaklah untuk dipertontonkan kecuali memang saat terdesak. Dengan karamah juga, misalnya mereka mengancam akan memberikan sakit yang bertubi-tubi jika tidak dituruti kemauannya.

Akhirnya, banyak orang-orang awam yang masih sedikit pemahaman aqidahnya menggantungkan nasibnya kepada wali Allah tersebut. Jika mereka sakit, maka mereka perginya kepada Wali Allah tersebut untuk disembuhkan. Jika mereka lapar, maka mereka perginya kepada wali Allah untuk didatangkan rezeki. Itu juga kalau akan terjadi jika wali Allah tersebut memanfaatkan karamahnya. Kalau hanya sekedar membantu dan kemudian memberikan wejangan bahwa segala sesuatu yang dia miliki hanyalah dari Allah semata dan janganlah terlalu bergantung kepadanya, karena dia adalah sesama manusia. Namun realita yang terjadi adalah, justru para Wali Allah ini memanfaatkan karamahnya untuk membantu orang-orang awam yang masih sedikit pemahaman aqidahnya tanpa memahamkan mereka tentang karamah yang dia miliki. Sehingga inilah yang terjadi di masyarakat kita sekarang. Orang-orang awam menganggapnya sebagai orang pintar, orang sakti. Iya kalau kemudian Wali Allah ini masih tetap bertawadhu' dan rendah hati, namun bagaimana jika ia menjadi orang-orang yang membanggakan dirinya karena karamahnya tersebut ?

Masyarakat awam banyak yang belum faham tentang mana karamah dan mana sihir. Ini yang berbahaya. Aqidah orang-orang awam haruslah kembali ditata. Dipahamkan tentang perbedaan 2 hal itu. Ditakutkan mereka akan terjebak dalam lembah kesyirikan

Masih kah kita ingat tentang syair Tombo Ati ?? salah satunya adalah hanya dengan mendekat kepada orang-orang yang sholih maka hati kita akan tenang, hati kita akan nyaman. Tapi bukan hanya dengan mendekat kepada mereka saja, mengingatnya saja hati kita mungkin bisa juga menjadi tenang 

Wallahu a'lam bisshowab

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda