Masih ingat dalam lintasan sejarah kenabian, dan sejarah terjadinya Idul Adha bahwa Ibrahim as disuruh oleh Allah untuk menyembelih anaknya Ismail as melalui mimpi dari ayahnya. Atas kejadian inilah kemudian dinamakan peristiwa Idul Adha atau kembali berkorban.
Pengorbanan Ibrahim atas setiap langkah dakwahnya inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Ibrahim bapak tauhid yang senantiasa menjalankan perintahnya tanpa mempertanyakannya. Seharusnya bagi kader dakwah yang mengikuti milah Ibrahim harus mencontoh tadhiyyah dari nabi Ibrahim. Karya-karya besarnya hasil dari pengorbaanannya terhadap dakwah sangat besar, salah satunya adalah Idul Adha ini. Kita sebagai kader dakwah seharusnya meyakini bahwa dengan pengorbanan kita terhadap dakwah ini akan mampu melahirkan master piece-master piece yang jauh lebih besar untuk keperluan dakwah ini. Nabi Ibrahim telah membuktikan pada sejarah bahwa menolong agama Allah, maka Allah akan memuliakannya sebagai hamba-Nya.
Titel-titel kehormatan yang disematkan Ibrahim adalah bukti bahwa kita tadhiyyah di jalan dakwah ini tidak akan merugi. Prestasi-prestasi Ibrahim mulai dari prestasi fisik hingga memiliki wawasan yang luas menjadi bukti akan hal itu. Tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan. Hasan al-Banna dalam bukunya Risalah Pergerakan mengatakan bahwa : ”Yang saya maksud dengan pengorbanan adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan”. Itulah yang dilakukan bapak kita Ibrahim, dia sudah mengorbankan jiwa sehingga tubuhnya dibakar oleh Raja Namrud, pengorbanan harta yang hanya meninggalkan anak dan istrinya tanpa bekal apapun, pengorbanan waktu dan kehidupan hanya untuk meraih satu tujuan yaitu mardhatillah atau ridho Allah.
Apakah kita akan santai-santai dengan tugas dakwah kita yang masih belum terpenuhi sedangkan kewajiban kita jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia. Apakah tadhiyyah mengenal santai-santai saat perjuangan dakwah ini ? Sungguh banyak di hadapan kita peluang untuk berkorban, terutama karena kebenaran telah terdominasi oleh kejahatan, jumlah pelaku kebenaran jauh lebih sedikit dari jumlah pelaku kejahatan, dan pelaku kebenaran jauh lebih lemah dari berbagai kekuatan yang dimiliki para pelaku kejahatan; kekuatan politik, ekonomi, fisik dan lain sebagainya ada di tangan mereka.
Tapi, jangan berkecil hati dulu!! Karena sumber kekuatan mereka adalah sumber kekuatan kita juga, yaitu Allah SWT, Ia Allah kekuatan yang sesungguhnya. Dan Allah akan bersama kita, apabila kita ingin mengikuti jalannya para Rasul, yaitu berjuang dan berkorban merebut kekuatankekuatan mereka, berjuang memperbanyak jumlah pelaku kebaikan, sehingga pada gilirannya kebenaran akan menjadi jaya, dan sebaliknya kebatilan akan runtuh.Walaupun dalam perjuangan itu banyak harta yang habis serta jiwa yang gugur, tetapi sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai buah bibir generasi-generasi mendatang, dan Allah akan memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Pengorbanan Ibrahim atas setiap langkah dakwahnya inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Ibrahim bapak tauhid yang senantiasa menjalankan perintahnya tanpa mempertanyakannya. Seharusnya bagi kader dakwah yang mengikuti milah Ibrahim harus mencontoh tadhiyyah dari nabi Ibrahim. Karya-karya besarnya hasil dari pengorbaanannya terhadap dakwah sangat besar, salah satunya adalah Idul Adha ini. Kita sebagai kader dakwah seharusnya meyakini bahwa dengan pengorbanan kita terhadap dakwah ini akan mampu melahirkan master piece-master piece yang jauh lebih besar untuk keperluan dakwah ini. Nabi Ibrahim telah membuktikan pada sejarah bahwa menolong agama Allah, maka Allah akan memuliakannya sebagai hamba-Nya.
Titel-titel kehormatan yang disematkan Ibrahim adalah bukti bahwa kita tadhiyyah di jalan dakwah ini tidak akan merugi. Prestasi-prestasi Ibrahim mulai dari prestasi fisik hingga memiliki wawasan yang luas menjadi bukti akan hal itu. Tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan. Hasan al-Banna dalam bukunya Risalah Pergerakan mengatakan bahwa : ”Yang saya maksud dengan pengorbanan adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan”. Itulah yang dilakukan bapak kita Ibrahim, dia sudah mengorbankan jiwa sehingga tubuhnya dibakar oleh Raja Namrud, pengorbanan harta yang hanya meninggalkan anak dan istrinya tanpa bekal apapun, pengorbanan waktu dan kehidupan hanya untuk meraih satu tujuan yaitu mardhatillah atau ridho Allah.
Apakah kita akan santai-santai dengan tugas dakwah kita yang masih belum terpenuhi sedangkan kewajiban kita jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia. Apakah tadhiyyah mengenal santai-santai saat perjuangan dakwah ini ? Sungguh banyak di hadapan kita peluang untuk berkorban, terutama karena kebenaran telah terdominasi oleh kejahatan, jumlah pelaku kebenaran jauh lebih sedikit dari jumlah pelaku kejahatan, dan pelaku kebenaran jauh lebih lemah dari berbagai kekuatan yang dimiliki para pelaku kejahatan; kekuatan politik, ekonomi, fisik dan lain sebagainya ada di tangan mereka.
Tapi, jangan berkecil hati dulu!! Karena sumber kekuatan mereka adalah sumber kekuatan kita juga, yaitu Allah SWT, Ia Allah kekuatan yang sesungguhnya. Dan Allah akan bersama kita, apabila kita ingin mengikuti jalannya para Rasul, yaitu berjuang dan berkorban merebut kekuatankekuatan mereka, berjuang memperbanyak jumlah pelaku kebaikan, sehingga pada gilirannya kebenaran akan menjadi jaya, dan sebaliknya kebatilan akan runtuh.Walaupun dalam perjuangan itu banyak harta yang habis serta jiwa yang gugur, tetapi sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai buah bibir generasi-generasi mendatang, dan Allah akan memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!