Rezim
Orde Baru tumbang ditandai dengan penolakan-penolakan dan aksi besar-besaran
yang dikomandoi oleh seluruh mahasiswa yang jengah melihat kondisi negaranya
yang tidak teratur. Berawal dari situ pulalah, muncul satu gerakan mahasiswa
islam lagi yang menjadi pembaharu dan nafas segar bagi mahasiswa yang notabene
dulu adalah aktifis masjid. Gerakan ini menjadi sorotan publik paling banyak.
Dalam kurun waktu tidak lama, sudah mampu memberikan satu kekuatan bagi gerakan
mahasiswa lainnya, begitu juga memberikan satu ketakutan yang luar biasa dari
pemerintah.
Kita
tahu bahwasannya pemerintah Orde Baru sangat membenci gerakan-gerakan
bernafaskan islam. Isu-isu pelecehan seorang perempuan SMA yang disuruh
melepaskan jilbabnya ketika masuk sekolah adalah satu bukti bahwa pemerintah
Orde Baru sangat represif dengan apapun yang bernafaskan islam. Jadi munculnya
KAMMI sebagai aktifis mahasiswa Islam yang membawa gairah yang berbeda. Setelah
terbentuknya KAMMI di masjid Fachruddin UMM Malang, satu hari berikutnya KAMMI
telah mampu mengomando kader-kadernya untuk turun ke jalan. Mereka aksi untuk
menurunkan rezim yang represif terhadap islam. Dengan membawa 6 tuntutan
mahasiswa.
Aksi
turun ke jalan ini menjadi sangat popular di kalangan mahasiswa. Hati mereka
yang sebenarnya tidak ingin dikekang dalam NKK/BKK akhirnya bersatu untuk turun
ke jalan. Dan akhirnya mahasiswa menyebut dirinya sebagai parlemen jalanan.
Menjadikan jalanan sebagai lidah penyambung rakyat. Menyampaikan
aspirasi-aspirasi, kebencian atas dekadensi moral, atas keburukan kinerja
pemerintah melalui jalanan. Mahasiswa menafsirkan jalanan adalah satu-satu alat
yang paling manjur untuk menyampaikan aspirasi rakyat. Ketika keran diskusi ini
dihambat, maka aksi adalah jalan yang utama yang harus ditempuh. Begitulah
istilah yang populer pada awal-awal runtuhnya Orde Baru dan Reformasi yang
masih belajar ini.
Perjalanan
mahasiswa sebagai parlemen jalanan terus berjalan, dari jatuhnya rezim Orde
Baru, pemerintahan transisi B.J Habibie, pemerintahan K.H Abdurrahman Wahid
hingga pemerintahan Megawati. Namun,suasana yang menjadi feel dari
parlemen jalanan itu tidak muncul. Dulu waktu rezim Orde Baru, mahasiswa
sebagai parlemen jalanan sangat ditakuti dengan menurunkan TNI sebagai alat
kekuasaan rezim Orde Baru. Dan kini, mahasiswa tahu bahwa yang dihadapi adalah
benar-benar pemerintahan yang tuli tapi tidak buta. Pemerintahan tidak tahu apa
yang diinginkan mahasiswa.
Setelah
kran demokrasi dibuka seluas-luasnya, setelah tumbangnya Orde Baru, mahasiswa
dihadapkan pada kebingungan demokrasi. ‘Ngapain harus aksi kalau diskusi
dengan pemerintah sudah bisa dilakukan?’, mungkin itulah yang membuat
perjalanan gerakan mahasiswa sebagai
parlemen jalanan menjadi kurang. Akhirnya tahun 2004-2009, menjadi
sebuah masa inkubasi gerakan mahasiswa. Ketika ada beberapa gerakan mahasiswa
yang masih tetap dalam khittahnya untuk menjalankan peran mahasiwa
sebagai parlemen jalanan, justru yang terjadi adalah cibiran dari masyarakat.
Muncul fragmen negative dari masyarakat bahwa aksi hanya membuat anarkis dan
kegaduhan.
Masyarakat
telah lupa, bahwa tumbangnya rezim Orde Baru juga berkat parlemen jalanan itu
tadi. Tapi kemudian, kita tidak bisa menyalahkan fragmen negative dari
masyarakat awam tentang aksi tersebut. Akhirnya banyak gerakan mahasiswa yang
luntur karena mempertahankan aksi-aksi saja, karena gerakan mahasiswa tersbut
belum bisa membaca perkembangan zaman (zein geist). Dan gerakan mahasiswa yang
tidak ingin hancur dan ingin tetap eksis sebagai gerakan mahasiswa akhirnya
lebih memilih tidur dalam incubator. Termasuk KAMMI di dalamnya. Di dalam
inkubatornya, KAMMI harus segera menemukan jalannya. KAMMI harus menemukan
sebuah petunjuk, ‘kemana KAMMI harus dibawa setelah ini?’.
Inkubator KAMMI,
mimpi menuju hidup yang abadi.
Cukup lama, gerakan mahasiswa tidur
di dalam inkubatornya. Hingga saat ini, belum muncul gerakan mahasiswa yang pas
dengan keadaan zamannya. Mereka, termasuk KAMMI di dalamnya, hanya bergerak
di alam mimpinya. Di alam mimpinya tersebut, KAMMI mengalami dinamika,
perubahan sistem, ideologi gerakan, perubahan manhaj kaderisasi semuanya muncul
di dalam incubator tersebut.
Perubahan-perubahan visi, misi, dan
tujuan KAMMI kembali dirumuskan disini. Sebab itulah yang menjadi mimpi KAMMI
menjadi berhasil dan siap-siap hidup yang tak pernah luntur. Seperti puisi
chairil anwar, aku ingin hidup 1000 tahun lagi. Di dalam incubator ini
pula, KAMMI harus membaca zaman agar tidak tergerus dengan perkembangan zaman.
Rijalul Imam dalam diskusi nasionalnya mengatakan bahwa setidaknya ada 3 jika
KAMMI ingin bisa segera bangun dari inkubatornya dan kembali berkarya untuk
bangsa ini: Setting Historis, Kondisi Terkini, dan Prediksi Futuristik.
Pernah
mendengar kata-kata dari Anis Matta,”Jangan sampai orang lain menuliskan
sejarah kita. Biarkan kita yang akan menuliskan sejarah yang telah kita buat
sendiri”. Sejarah, KAMMI punya sejarah sendiri dari gerakan-gerakan
mahasiswa lainnya. Sehingga tidak mungkin KAMMI melihat dan menyetting
sejarahnya melalui sudut pandang sejarah gerakan HMI, atau PMII, atau IMM.
KAMMI harus punya cara tersendiri, cirri khas yang harus ditampilkan bagaimana
KAMMI menyetting sejarahnya. Sehingga KAMMI ini adalah gerakan dengan sejarah
paling unik. Memahami dan menulis sejarah bukan untuk euphoria dan
nostalgia KAMMI sebagai parlemen jalanan.
Menyetting
sejarah KAMMI adalah untuk mempersiapkan KAMMI dalam menghadapi kondisi terkini
dan prediksi kedepan KAMMI. Guncangan-guncangan apa yang nantinya akan dihadapi
KAMMI. Kenapa KAMMI harus menyetting sejarahnya? Peristiwa-peristiwa yang
nantinya KAMMI lalui adalah ulangan dari apa yang dahulu pernah KAMMI alami.
Kondisi hari kemarin adalah sama dengan kondisi hari ini, dan kondisi hari ini insya
Allah akan sama dengan kondisi hari esok dan kedepannya. Pahamlah kiranya
mengapa KAMMI harus mempelajari sirah nabi Muhammad SAW.
Mempelajari
kondisi terkini adalah untuk mengimbangi gerakan KAMMI yang lalu dengan yang
akan datang. Realita yang ada sebenarnya sudah diprediksikan oleh KAMMI melalui
setting sejarah tadi. Mempelajari kondisi realita berarti membuat KAMMI ini
sudah bangun tapi masih setengah sadar. Kegagalan KAMMI dalam mempelajari
kondisi realitas, membuat KAMMI harus kembali menutup matanya dan bermimpi
dalam incubator kecilnya. Prediksi
futuristik adalah sebuah pelajaran ketika KAMMI sudah benar-benar matang dalam
mempelajari kondisi realita. Prediksi futuristic adalah ketika KAMMI sudah
membuka matanya dan seolah-olah dia berada pada zaman yang diprediksikan di
alam mimpinya.
Menuju Gerakan
Sosial
Setelah
memahami ketiga kunci untuk membangunkan KAMMI bahwa menjadi sosok gerakan
parlemen jalanan menjadi tidak seefektif awal-awal keruntuhan Orde Baru, maka
setidaknya KAMMI ketika keluar dari incubator menjadi satu gerakan yang
memusatkan kepada kerja-kerja kepada masyarakat. Kenapa demikian? KAMMI ketika
berhadapan dengan Orde Baru, mereka berhadapan dengan pemerintah yang tuli tapi
tidak buta. Sehingga jalannya harus melalui aksi.
Setelah
berkembangnya zaman, dan demokrasi dibuka seluas-luasnya. Sehingga orang berhak
menafsirkan makna demokrasi dan liberalisasi(proses serba bebas). Pemerintah
yang dihadapi KAMMI dan gerakan mahasiswa lainnya adalah pemerintah yang tidak
tuli dan tidak bisu tapi buta. Pemerintah mendengarkan aspirasi rakyatnya,
itulah tanda bahwa pemerintah tidak tuli. Pemerintah tidak bisu, karena
pemerintah mampu memberikan harapan palsu kepada masyarakat. Tapi pemerintah
buta, mereka tidak bisa melihat kondisi rakyatnya. Dan kebutaan pemerintah ini
membutuhkan tongkat untuk bisa bekerja sesuai dengan yang diminta rakyatnya.
Tongkat
itulah gerakan mahasiswa, di dalamnya adalah KAMMI. Tapi bukan berarti KAMMI
bersama gerakan mahasiswa lainnya dibawah pemerintah. KAMMI beserta gerakan
mahasiswa tetap menjadi gerakan ekstra parlementer. Tugas KAMMI adalah
memberikan kerja-kerja nyata, bahwa tidak selamanya KAMMI dan gerakan
mahasisiswa lainnya adalah musuh dari pemerintah.
Karena
masa reformasi adalah menjadi tanggung jawab dari anak-anak yang lahir pada
zaman reformasi, maka KAMMI wajib mengawal sampai tuntas. Tidak menghilangkan
KAMMI sebagai parlemen jalanan tapi tetap akan bekerja mengawal reformasi yang
belum tuntas melalui gerakan-gerakan sosial. Dan membangun gerakan-gerakan
sosial ini, KAMMI harus menyiapkan kader-kader berbasis kompetensi, karena
nantinya yang dihadapi KAMMI adalah masyarakat awam. KAMMI juga harus
menyiapkan gerakan entrepreneurship sehingga muncul social
entrepreneurship. Dan semuanya itu digunakan untuk merekayasa masyarakat
sehingga menjadi tercerdaskan.
Wallahu a’lam
bisshowab
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!