Skip to main content

#maaf

1. beberapa hari sblum puasa ramadhan inbox hp kamu mgkn byk brisi ucapan prmohonan maaf. dan kamu mungkin jg udah mnta ke byk orang

2. tapi apakah kamu yakin tlah bener2 memaafkan? atau itu cuma sekesar basa-basi?

3. trnyata, selain bermaafan dianjurkan dlm agama, memaafkan juga memiliki dampak positif pada kondisi fisik dan psikis kita

4. menurut penelitian, memaafkan dapat menurunkan level depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan dendam dan kepedihan.

5. sebaliknya, orang yang enggan memaafkan lebih berpotensi mengalami depresi

6. dikatakan bahwa memaafkan dalam menghilangkan trauma pada peristiwa-peristiwa yang mengganggu kehidupan seseorang

7. APA ITU MEMAAFKAN? ia bukan skedar pernyataan "aku memaafkan kamu", tp jg memaafkan diikuti dg membina hubungan baik dg si tersalah

8. cthnya di QS 3:159 "...Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu"

9. APA TANDA KITA SUDAH MEMAAFKAN? ini penting nih, memaafkan tdk sekedar ucapan. respon fisik yg kamu rasakan pun bisa jadi ukurannya

10. tandanya apa? Kalo kt mengingat ttg orang /kejadian buruk yg prnah kita alami, dada dan perasaan kt gk terasa sesak dan udah plong

11. Dan saat mceritakan peristiwa itu lg, kt dapat bercerita dengan nada (suara) yang relatif riang, tanpa emosi atau tekanan apapun

12. Selama masih ada beban, ganjalan didada, meskipun kt bilang udah memaafkan, sebenarnya kita belum (berhasil) memaafkan

13. itu tadi ukuran apakah kita sudah berhasil memaafkan menurut Asep Haerul Gani, Psi. so, forgiveness juga bs mjadi sebuah terapi

14. sebagai penutup, ada seorang sahabat yg mnjadi ahli surga karena doanya di penghujung malam menjelang tidurnya. apa doanya?

15. 'Ya Allah, aku maafkan semua kesalahan dr saudara-saudaraku yg mereka lakukan padaku hari ini baik yang disengaja maupun tidak'.

16. finally, semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yg berhati lapang dan mudah memaafkan. amiin

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda