Skip to main content

Siyasah Amal Thullabi

Yang dimaksud dengan siyasah ‘ammah (kebijakan umum) ialah garis-garis besar yang harus dijalankan oleh amal thullabi untuk mencapai sasarannya. Amal thullabi yang ada di seluruh dunia memerlukan pola ta’amul (interaksi) yang bijaksana dengan orang lain. Sejauhmana penguasaan amal thullabi terhadap kondisi obyektif di daerahnya dan di dunia internasional, juga kebijakannya dalam menangani permasalahan, dan pemusatannya pada produktivitas amal, maka sejauh itu pula pencapaian sasarannya dan keberhasilannya melewati tantangan.
Oleh karena itu keberadaan siyasah ‘ammah mutlak diperlukan untuk membingkai kerja, dan melindungi amal thullabi dari penyimpangan internal dan bahaya eksternal.
  1. Al ‘Aqidah: Aqidah islamiyah dan nilai-nilainya adalah sumber petunjuk dan pengarahan.
  2. Al Hurriyah (Kemerdekaan): Mahasiswa melaksanakan peranannya secara bebas, tanpa ada seorangpun yang boleh menghalanginya dari kebenaran.
  3. Al Wahdah (Kesatuan): Amal thullabi harus menyatukan barisanbarisan, bukan memecah-belah, mendekatkan perbedaan sikap, mematangkan pemikiran, dan menyatukan upaya menuju tujuan bersama.
  4. Al Bina’ (Pembinaan): Amal thullabi bertujuan membina pelajar/mahasiswa putra/putri secara ruhi, fikri, ‘ilmi, ijtima’i (sosial), dan jasadi sebagai batu-bata yang baik dalam bangunan masyarakat Islam.
  5. Asy Syura’ (Musyawarah): Syuro yang mengikat dan demokratis adalah sarana yang benar dalam pengambilan keputusan.
  6. Al Akhlaq: Amal thullabi adalah amal yang berkomitmen dengan akhlak dansuluk (perilaku) yang lurus.
  7. Al Hiwar Laa Al ‘Unf (Dialog, bukan Kekerasan): Bahasa dialog dan saling memahami adalah pedoman yang harus dipegang, bukan kekerasan dan permusuhan. Mengubah kemudharatan harus ditempuh dengan cara sebaik mungkin hingga tidak menimbulkan mudharat yang lebih besar.
  8. Al ‘Ajlaniyah (Terang-terangan): Amal thullabi adalah aktivitas terang-terangan, jauh dari sembunyi-sembunyi.
  9. Al Infitaah (Terbuka): Amal thullabi harus terbuka dalam menjalin hubungan dengan semua pihak, menjauhi fanatisme sempit yang memecah-belah.
  10. Ar Riyadah (Kepeloporan): Amal thullabi adalah aktivitas kepeloporan, selalu membawa bendera di depan dan memimpin yang lain di setiap medan amal.
  11. Al Mu’asasiyah (Kelembagaan): Amal yang berhasil adalah aktivitas yang dilaksanakan melalui lembaga yang didasari perencanaan yang matang dan manajemen yang benar.
  12. Al Aulawiyah (Memiliki Prioritas): Amal thullabi harus serius menempatkan aktivitasnya berdasarkan skala prioritas, mendahulukan yang terpenting, dst.
  13. Al Wathaniyah (Kebangsaan): Amal thullabi adalah aktivitas kebangsaan yang mulia, di mana ia membela hak-hak dan nilai-nilai luhur bangsanya.
  14. Al ‘Alamiyah (Internasional): Amal thullabi adalah aktivitas yang benar-benar internasional, memiliki hubungan dengan seluruh gerakan pelajar/mahasiswa di seluruh dunia berdasarkan kaidah: “Li kullinharfuhuu, wa lil jamii’i ahdaafun musytarakah” (Masing-masing memiliki situasi dan kondisi, dan semuanya memiliki tujuan yang sama).
  15. Al Insaniyah (Kemanusiaan): Amal thullabi bersifat manusiawi seluas-luasnya, membela hak asasi manusia dari berbagai jenis, bangsa, warna kulit, agama, atau pemikiran berlandaskan kemerdekaan, keadilan, dan pembela terhadap yang tertindas di manapun mereka berada.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda