Saat ini kita telah melihat bersama kondisi mesir. Pecahnya perang saudara antara muslim yang dipicu kudeta militer yang dikomandoi oleh Jenderal As-Sisi. Awalnya krisis Mesir ini bisa kita lihat dari demonstrasi cukup besar di lapangan Tahrir yang menginginkan Presiden terpilih secara demokratis Muhammad Moursi untuk turun. Alasannya, karena tidak mampu membawa Mesir menuju yang lebih baik lagi.
Secara akal sehat, mana mungkin bisa seorang presiden mampu membenahi negera selama setahun setelah dipimpin oleh seorang diktator Housni Moubarak. Kemudian, dengan dalih ingin melindungi negara, militer mengultimatum Presiden Mursi agar turun dari jabatan atau dibekukan jabatannya untuk memulihkan
stabilitas negaranya. Tapi sayangnya, Mursi tahu dan paham keinginan dan permainan dari Dewan Jenderal Militer Mesir. Ia tidak mengindahkan ultimatum Jenderal As-Sisi yang ingin mengkudetanya. Tanpa perintah dari presiden, As-Sisi pun mengeluarkan perintah untuk membekukan dan menurunkan jabatan Moursi demi memuaskan keinginan demonstran yang dibuat-buat.
stabilitas negaranya. Tapi sayangnya, Mursi tahu dan paham keinginan dan permainan dari Dewan Jenderal Militer Mesir. Ia tidak mengindahkan ultimatum Jenderal As-Sisi yang ingin mengkudetanya. Tanpa perintah dari presiden, As-Sisi pun mengeluarkan perintah untuk membekukan dan menurunkan jabatan Moursi demi memuaskan keinginan demonstran yang dibuat-buat.
Akhirnya para pendukung Moursi tidak terima dengan kudeta ini, hingga membuat mereka turun ke jalan. Aksi ini damai, selama 48 hari mereka bertahan. Tidak berkurang justru bertambah. Ini membuat Jenderal As-Sisi geram, akhirnya dia berbuat semena-mena. Hingga sekarang kekejamannya sama seperti yang dilakukan Basyar Assad di Suriah.
Setidaknya ada 4 pelajaran yang bisa kita ambil dari konflik ini :
1. Adanya proyek peradaban kebathilan yang ingin menghancurkan proyek peradaban al-haq.Dari konflik Mesir, bagi kita yang melihat akan terpampang jelas mana yang haq dan mana yang bathil. Mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang membuat makar untuk kebaikan dengan mana yang membuat makar untuk kebathilan. wa makaruu wa makaraLLAH, wa ALLAHu khairal maakiriin. "mereka membuat makar, dan Allah juga membuat makar. Dan Allah lah sebaik-baik membuat makar". Hingga akhirnya, kita akan berseru dari satu ayat di surat al-isra ayat 81, "Wa qul jaa al-haq wazahaqal bathil, innal bathila kaana zahuqa", dan katakan telah datang kebenaran, dan yang bathil telah lenyap. sesungguhnya kebathilan pasti akan lenyap.
2. Orang-orang yang paham akan menyadari bahwa demokrasi telah terciderai oleh kudeta ini.Bagi orang-orang yang mengagungkan demokrasi liberal akan diam. Mereka tidak mampu berbuat apapun. Lihatlah di konflik Mesir, barat diam terpaku. Nuraninya dan akal sehat mengingkari kesalahan kudeta tersebut karena telah melakukan penistaan terhadap demokrasi, tapi disisi lain ia mendukung dengan sokongan dana. Ini membuktikan seolah-olah mereka tidak terima dengan islam. Wa lan tardho 'ankal yahudu wannashaaraa hatta tattabi'a millata hum.
3. Bahwa jalan kebenaran ini penuh dengan turbulensi-turbulensi.
4. Ketika diantara kita sudah beriltizam bil jama'ah maka kita tetap berpegang teguh. Sabar atas penderitaan yang dilakukan oleh orang lain atas jamaah atau organisasi kita. Tidak boleh malu atau bahkan ragu untuk membelanya.Lihatlah bagaimana tsabatnya dan kokohnya kader-kader ikhwanul muslimin. Walaupun mereka terus mengalami guncangan, tapi tetap tidak menghilangkan iltizam mereka atas jama'ah dakwah yang mereka pilih
Wallahu a'lam
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!