Skip to main content

4 Pelajaran Dari Mesir

Saat ini kita telah melihat bersama kondisi mesir. Pecahnya perang saudara antara muslim yang dipicu kudeta militer yang dikomandoi oleh Jenderal As-Sisi. Awalnya krisis Mesir ini bisa kita lihat dari demonstrasi cukup besar di lapangan Tahrir yang menginginkan Presiden terpilih secara demokratis Muhammad Moursi untuk turun. Alasannya, karena tidak mampu membawa Mesir menuju yang lebih baik lagi.


Secara akal sehat, mana mungkin bisa seorang presiden mampu membenahi negera selama setahun setelah dipimpin oleh seorang diktator Housni Moubarak. Kemudian, dengan dalih ingin melindungi negara, militer mengultimatum Presiden Mursi agar turun dari jabatan atau dibekukan jabatannya untuk memulihkan
stabilitas negaranya. Tapi sayangnya, Mursi tahu dan paham keinginan dan permainan dari Dewan Jenderal Militer Mesir. Ia tidak mengindahkan ultimatum Jenderal As-Sisi yang ingin mengkudetanya. Tanpa perintah dari presiden, As-Sisi pun mengeluarkan perintah untuk membekukan dan menurunkan jabatan Moursi demi memuaskan keinginan demonstran yang dibuat-buat. 

Akhirnya para pendukung Moursi tidak terima dengan kudeta ini, hingga membuat mereka turun ke jalan. Aksi ini damai, selama 48 hari mereka bertahan. Tidak berkurang justru bertambah. Ini membuat Jenderal As-Sisi geram, akhirnya dia berbuat semena-mena. Hingga sekarang kekejamannya sama seperti yang dilakukan Basyar Assad di Suriah.

Setidaknya ada 4 pelajaran yang bisa kita ambil dari konflik ini :
1. Adanya proyek peradaban kebathilan yang ingin menghancurkan proyek peradaban al-haq.
Dari konflik Mesir, bagi kita yang melihat akan terpampang jelas mana yang haq dan mana yang bathil. Mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang membuat makar untuk kebaikan dengan mana yang membuat makar untuk kebathilan. wa makaruu wa makaraLLAH, wa ALLAHu khairal maakiriin. "mereka membuat makar, dan Allah juga membuat makar. Dan Allah lah sebaik-baik membuat makar". Hingga akhirnya, kita akan berseru dari satu ayat di surat al-isra ayat 81, "Wa qul jaa al-haq wazahaqal bathil, innal bathila kaana zahuqa", dan katakan telah datang kebenaran, dan yang bathil telah lenyap. sesungguhnya kebathilan pasti akan lenyap.
2. Orang-orang yang paham akan menyadari bahwa demokrasi telah terciderai oleh kudeta ini.
Bagi orang-orang yang mengagungkan demokrasi liberal akan diam. Mereka tidak mampu berbuat apapun. Lihatlah di konflik Mesir, barat diam terpaku. Nuraninya dan akal sehat mengingkari kesalahan kudeta tersebut karena telah melakukan penistaan terhadap demokrasi, tapi disisi lain ia mendukung dengan sokongan dana. Ini membuktikan seolah-olah mereka tidak terima dengan islam. Wa lan tardho 'ankal yahudu wannashaaraa hatta tattabi'a millata hum.
3. Bahwa jalan kebenaran ini penuh dengan turbulensi-turbulensi.
4. Ketika diantara kita sudah beriltizam bil jama'ah maka kita tetap berpegang teguh. Sabar atas penderitaan yang dilakukan oleh orang lain atas jamaah atau organisasi kita. Tidak boleh malu atau bahkan ragu untuk membelanya.
Lihatlah bagaimana tsabatnya dan kokohnya kader-kader ikhwanul muslimin. Walaupun mereka terus mengalami guncangan, tapi tetap tidak menghilangkan iltizam mereka atas jama'ah dakwah yang mereka pilih

Wallahu a'lam
  








Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda