Skip to main content

Empat Unsur Kekuatan Yang Mulai Dilupakan Umat Islam

“Mukmin kuat lebih Allah cintai dan sayangi daripada Mukmin yang lemah”
(Al-Hadits)
Sebenarnya, jika kita telisik lebih jauh lagi tentang pemaknaan hadits ini. Maka sebenarnya Allah mencintai dan menyayangi orang-orang Mukmin yang kuat dalam hal apapun. Tidak hanya kuat secara fisik. Islam adalah sebuah peradaban yang agung, yang didalamnya ditemukan kekuatan besar yang tidak dimiliki oleh setiap peradaban apapun dan dimanapun. Sejak peradaban ini muncul, orang-orang yang pertama kali membawanya sudah terbungkus rapi dengan seluruh unsur kekuatan. Sehingga, awal muncul peradabannya, islam tidak pernah terkalahkan.
Inti dari seluruh unsur kekuatan islam terletak kepada akidahnya. Salah satu panglimanya yang terbaik, Khalid Bin Walid begitu perkasa ketika menyemangati pasukannya ketika melawan Persia(salah satu peradaban terbesar di dunia sebelum Islam) dengan kata-kata,”Jangan sampai semangat juang kalian berbeda dan jangan sampai keyakinan kalian lemah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya pertolongan itu datang sesuai dengan niat yang terhujam dan pahala akan diberikan sesuai dengan tingkat keikhlasan. Sesungguhnya seorang muslim tidak sepantasnya membanggakan sesuatu yang ia lakukan karena itu semua atas pertolongan Allah SWT”. Aqidah adalah tujuan akhir yang mengakar sehingga ia tidak dapat ditawar dengan sesuatu apapun. Dan kemudian akidah inilah yang akan menghasilkan unsur-unsur kemuliaan bagi agama ini.
Kekokohan Perekonomian
        Tak perlu kita pungkiri lagi, bahwa saat ini umat islam sedang terjebak kepada sistem ekonomi Ribawi. Yang kaya akan semakin kaya, dan miskin akan semakin miskin. Sistem ribawi membawa kegoncangan dari sebuah keteraturan Alam. Selain itu pula, Allah menyuruh umatNya untuk kaya. Umat ini akan berbeda jika mempunyai kemandirian finansial dengan yang selalu bergantung. Bagaimana Allah akan memenangkan agamanya jika dalam hal finansial mereka bergantung bukan kepada Yang Memberi Rizki.
          Jihad yang Allah syariatkan kepada umat Islam bukan sekedar jihad dengan jiwa saja. Jihad dengan harta lebih utama jika dibandingkan jihad dengan jiwa. Al-Quran menyebutkan kata-kata harta lebih dahulu disampaikan daripada jiwa ketika Allah menyerukan untuk berjihad. Artinya, kekokohan finansial dan perekonomian ini penting bagi tampilnya peradaban yang gemilang kembali.
Kekokohan Ikatan Masyarakat
        Era globalisasi telah menjadikan kita lebih mudah untuk berkenalan dan bersilaturahim. Tapi entah kenapa justru era ini telah menjadikan orang individualis. Mereka lebih suka menyapa HPnya daripada orang yang disampingnya. Orang akan lebih suka senyum dengan HPnya daripada senyum kepada orang di sebelahnya. Kehilangan kekuatan silaturahim ini menjadi kunci bangkitnya ikatan sosial antara masyarakat islam.
          Munculnya prasangka-prasangka dan gosip-gosip yang jelek karena dari lemahnya masyarakat dalam berkomunikasi. Itu karena hilangnya kekuatan silaturahim yang mulai pudar di masyarakat islam.
Kekokohan Negara
        Salah satu unsur yang menjadi creatornya agama ini menjadi kuat adalah pemimpinnya yang adil. Agama dan aqidah ini butuh wadah untuk pengakuannya. Dan wadahnya adalah negara. Ketika awal-awal dakwah Rasulullah di Makkah, permusuhan hanya sebatas dari orang-orang Makkah saja. Tetapi ketika agama ini telah menegara, musuhnya justru semakin banyak. Agama jika tanpa negara maka ia tidak akan ditempatkan di tempat tertinggi. Banyak agama-agama yang hilang karena tidak ditopang oleh negara Negaralah yang menjunjung agama.
Kekokohan Jihad
          Jihad adalah salah satu sarana terakhir untuk mendakwahkan islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam tidak akan tertancap sebagai agama rahmatan lil ‘alamin jika tanpa jihad. Islam datang ke bumi ini untuk menyeimbangkan sunnah-sunnah alam yang sudah tidak teratur setelah ditinggal oleh Nabi Isa .as. Kerusakan moral berperan penting dalam ketidakteraturan suatu sunnah alam ini. Keserakahan akan menimbulkan ambisi pribadi dan berujung kepada perang. Kebodohan akan menimbulkan ajaran-ajaran yang tidak berdasar.
          Kemudian islam datang membawa misi rahmatan lil ‘alamin. Sebagai penyeimbang dan menyeimbangkan sunnah-sunnah alam yang sudah tidak teratur ini. Tidak ada peradaban yang mampu membuat seimbang alam ini kecuali islam.

Wallahu a’lam bishowab.

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda