Skip to main content

Ini Bukan Cerita Dongeng

Pagi tadi di hari Ahad, aku menerima tawaran untuk ikut mengunjungi pesantren lansia Al-Ishlah Pandanwangi, Malang. Diajakin sama teman-teman GK(Garuda Keadilan) Malang untuk menyambut Hari Kartini :) Kenapa ya kok di pesantren lansia?? 
mas Jundy -ketua GK Malang-
Sepertinya baru mendengar dengan istilah 'pesantren lansia', tapi yakinlah bahwa itu untuk melembutkan penggunaan kata ketimbang menggunakan kata 'panti', terkesan sebagai tempat penampungan :) 

Ketika disana, kami disambut dengan bapak paruh baya yang sepertinya menjadi penanggung jawab pesantren lansia tersebut. Acara kemudian dimulai dan dibuka oleh mas Jundy -ketua GK Malang yang kece- terus lanjut ke penjelasan ke bapak yang paruh baya tadi. 

Sungguh, mendengarkan cerita singkatnya membuatku kaget dan miris. Apa yang bapak ceritakan seolah-olah itu pernah aku menontonnya di televisi-televisi. Bagaimana seorang anak menelantarkan ibunya. Ya, kawan, ini cerita tentang bagaimana ibu-ibu mereka yang sudah tua 'dititipkan' ke pesantren lansia tanpa membawakan sedikitpun untuk ibu bekal. 

Tim GK Malang
Karena ini bukan cerita dongeng yang ada di televisi, maka bapak itu menceritakan kalau ada ibu-ibu yang dititipkan oleh anaknya lantaran hartanya, warisannya yang banyak, dan si anak berasalan kalau dianya sibuk (aslinya sih sok sibuk). Ibu-ibu yang dititipkan di pesantren lansia bukan karena mereka pada miskin semua, dulu ketika mereka masih dalam keadaan sehat mereka kaya bahkan tidak sedikit yang berpangkat. Namun terkadang karena buta seorang anak yang lebih memilih hasutan istri atau pasangannya, 'dibuanglah' si ibu ke pesantren lansia.

Ketika kami mengunjungi pesantren tersebut, ada 7 ibu-ibu yang sudah tua. 
Srikandi-srikandi GK Malang sama salah seorang ibu-ibu pesantren lansia
Umurnya 80 tahun keatas. Mereka adalah orang-orang yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Sebelum kami kesana, ada 3 orang yang wafat. Diantara 3 orang tersebut, ada sanak keluarganya yang tidak mau mengurusi jenazahnya, bahkan sanak keluarganya menanyakan apakah ada wasiat khusus dari jenazah. 

Saya hanya mengelus dada, membayangkan bagaimana nasib umi ku kelak ?? Sungguh saat ini dan berharap akan seterusnya hingga aku mempunyai istri dan anak, aku tak akan menelantarkan orang tuaku. Apa orang-orang yang menelantarkan orang tua mereka tidak pernah sedikit pun punya hati ? Apa yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak ketika ditanya tentang ibu dan bapaknya ??


Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda