Sebenarnya judul diatas sudah pernah didengar oleh kita melalui ustadz-ustadz atau yang lainnya. Saya hanya ingin kembali mengingatkan saja tentangnya, tentang Ujian Keimanan. Tentang suatu hal yang jika kita lulus,maka Allah menggaransi kehidupan yang lapang,bahagia, dan jauh dari permasalahan dunia. Keimanan adalah kunci untuk kita mendapatkan ketakwaan. Mengenai ujian keimanan ini, saya jadi teringat firman Allah surat al-ankabuut ayat 1-2:
"Alif Laaam Miiim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"
Ujian keimanan ini parameter kelulusannya adalah bermacam-macam, saudaraku. Ujian keimanan ini ada banyak sekali bentuk-bentuknya. Ujian keimanan tentang aqidah kita, ujian keimanan tentang ukhuwwah kita, ujian keimanan tentang bagaimana kita melihat kehidupan, dan mungkin ada banyak sekali ujian keimanan yang mungkin juga kita tidak menyadarinya.
Ujian keimanan tentang aqidah kita, seberapa tahankah kita melihat Nabi kita diolok-olok? Seberapa tahankah kita melihat agama ini terus menjadi bulan-bulanan? Fitnah, halang rintangan yang kita terima saat ini, tidak sebanding dengan ujian keimanan yang diterima oleh para sahabat diawal dakwah mereka. Melihat para sahabat menghadapi ujian keimanan justru disaat mereka baru mengenal agama ini. Sedangkan kita yang sudah 15-20 tahun mengenal islam sejak kecil, tidak sama sekali pernah merasa menghadapi ujian keimanan. Karena sense beragama kita seolah seperti baru masuk islam 1-2 tahun.
Ujian keimanan tentang ukhuwwah kita. Saudaraku, seberapa sakitkah kita melihat penderitaan saudara-saudara kita di Palestina ? seberapa sakitkah jika ada saudara kita yang mengalami musibah ? Saudaraku, seberapa sakitkah kita? Jangankan melihat saudara kita yang disana, antar sesama saudara islam kita ini mudah sekali diadu domba, mudah sekali terpancing fitnah yang membuat api permusuhan antar saudara. Diantara sabda Nabi SAW, "diantara bentuk keimanan adalah engkau mencintai saudaramu sendiri seperti engkau mencintai dirimu sendiri" Saat ini, kita telah kehilangan ruh tabayyun. Ya, kita telah kehilangan semangat Cek n Ricek. Menerima berita tanpa cek dan mencaci maki saudara kita yang lain. Padahal Quran sudah ada ditangan kita, padahal tongkat keimanan sudah ada pada jalan yang menunjuki kita. "Fatabayyanu" kata Allah dalam al Hujurat.
Ujian keimanan tentang bagaimana kita melihat kehidupan adalah bagaimana kita melihat harta yang ada ditangan kita. Untuk apa harta kita?? Darimana datangnya harta kita ?? Sedekah bukan sekedar uang yang kita infaq kan setiap jum'atnya, bukanlah sekedar uang yang kita berikan kepada orang-orang miskin. Sedekah adalah kemana muara harta kita itu berakhir? Jika kita mempunyai uang kemudian uang itu dipergunakan untuk menafkahi pasangan kita, itu sedekah. Maka untuk apa kelak harta kita dipergunakan juga akan ditanyakan. Menjadi orang kaya itu boleh, tapi jadilah orang kaya yang berkah, atau orang zuhud yang cukup. "Alhakumut takatsur"
Luluskah ujian keimanan kita dari ketiga hal tersebut??
Orang-orang arab badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: " Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah berislam', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu" (Al Hujurat:14)
Comments
Post a Comment
thank's for your comentar,bro !!!