Skip to main content

Ngaji Pake Langgam Apapun Boleh

Presiden kita yaitu Jokowi memang tidak pernah lepas dari cemoohan orang-orang. Mulai dari kebijakan politik, ekonomi, dll yang menyengsarakan rakyat. Kembali, sewaktu pelaksaan isra' mi'raj, Presiden satu ini mendapatkan kritikan lagi terkait langgam yang dibaca oleh seorang qori' yaitu Muhammad Yasser Arafat


Cukup menarik perhatianku dan jagat sosmed terkait cara membaca qurannya si qori'. Bang Muhammad Yasser Arafat membaca quran dengan menggunakan langgam jawa. Seperti yang dicontohkan oleh dalang-dalang yang menampilkan wayangnya. Hahahaha.... Kemudian setelah itu muncul bermacam-macam BC (broadcast) di sosmed, mulai dari cara baca yang salah dan itu tidak dibenarkan, sampai mencari dalil-dalil tentang bagaimana cara membaca quran yang benar. Semuanya itu saya baca. Kemudian berfikirlah. Apa iya langgam jawa tidak boleh dipakai dalam membaca quran. Sedangkan apa yang dibaca oleh bang Muhammad Yasser Arafat ini, dia menggunakan riwayat 'Ashim dari Hafs. Dan itu sah. Terkait tajwidnya? Saya memperhatikan bahwa 7 macam lagu dalam seni membaca quran, itu terkadang juga banyak yang menjaiz-muffasilkan mad yang seharusnya dibaca 2 harakat. Maka bacaan dari bang Muhammad Yasser Arafat juga tidak bisa dikatakan salah. Semua jawaban tentang salahnya bacaan dari bang Muhammad Yasser Arafat tidak menarikku bahwa yang dilakukan oleh bang Muhammad Yasser Arafat salah. Saya masih menganggap dia benar.

Kemudian, muncul BC cerita yang judul dan intinya adalah apa yang dilakukan oleh bang Muhammad Yasser Arafat ini benar tapi jangan dikerjakan. Saya berfikir lagi, mungkin karena langgamnya bang Muhammad Yasser Arafat ini termasuk baru maka sedikit melarang agar kita jangan membuat hal-hal baru lagi. Langgam yang digunakan oleh bang Muhammad Yasser Arafat ini memang sedikit nyentrik. Tapi mungkin setiap orang sudah terbiasa dengan 7 macam langgam dalam seni membaca quran, maka langgamnya bang Muhammad Yasser Arafat ini tidak boleh dikerjakan. 

Saya berfikir lagi, kenapa tidak boleh membaca quran dengan langgam jawa? Dari BC yang saya baca, membaca quran menggunakan langgam jawa juga ternyata boleh. Karena juga sudah diperdengarkan kepada masyaikh Al Azhar, Kairo. Dan mereka menyampaikan bahwa itu boleh. 

Jawaban saya ini kemudian terpuaskan dengan BC dari salah satu grup yang saya ikuti. Dan inilah jawaban yang bagi saya tepat. Dari apa yang disampaikan oleh ustadz Al Habib Muhammad Rizieq,Lc.MA bahwa yang dilakukan oleh bang Muhammad Yasser Arafat ini bisa jadi merupakan salah satu bagian dari upaya meng-Indonesiakan Islam, bukan meng-Islamkan Indonesia yang dilakukan oleh Gerakan Liberalisasi. Jadi memang orang-orang liberal menolak Arabisasi Islam.

Mereka menolak ucapan 'Assalamualaikum karena budaya Arab, menolak gamis, 'imamah dan sorban karena budaya Arab, menolak jilbab karena budaya Arab, menolak jenggot karena budaya arab, menolak pengkafanan mayyit dengan kain kafan putih karena tradisi arab, dan menolak tilawah menggunakan langgam arab dalam membaca quran dari langgam yang mu'tabar. 

Namun aneh nya, mereka lebih bangga menggunakan 'good morning', 'hello', mereka lebih bangga kalau menggunakan jas dan dasi ala barat, mereka lebih bangga dan respect dengan mode rambut 'punk' yang sumbernya dari barat.

Maka kesimpulan ku, yang membuat bacaan bang Muhammad Yasser Arafat bisa jadi salah adalah dia mensyiarkan Islam Nusantara yang tidak lain ingin meng-Indonesiakan Islam. Ini merupakan propaganda yang ingin menolak budaya islam dengan dalih budaya Arab.

Laa haula wa laa quwwata illa billah.

sumber bacaan yang lain :

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda