Skip to main content

Renungan tentang HIJRAH : Proccess to New Born

Alhamdulillah, bisa dikasih Allah kemudahan untuk menulis lagi. Ditengah padatnya aktifitas, Allah sepertinya menggerakkan untuk menulis kembali. Menorehkan kata-kata dari seorang pencari ilmu. Hijrah, suatu kata yang tak asing di telinga kita. Ia menjadi kata yang memiliki arti positif. Hijrah didefinisikan suatu proses perpindahan positif, minadz dzulumaati ilaan nuur. Hijrah menjadi penggambaran manusia baru yang berproses menjadi manusia baik.

Banyak diantara kita yang ingin hijrah,tentunya. Siapa sih yang tidak menginginkan surga firdausNya. Surga tertinggi diantara surga-surga yang lainnya. Tapi kemudian dalam proses hijrahnya ini tak sedikit yang berhenti di tengah perjalanan ke kota nuur. Bahkan kembali kepada dzulumaat(kegelapan). Tapi juga tak sedikit yang mampu bertahan pada proses ini, sehingga benar-benar menjadi manusia yang baik.

Ada satu kaidah yang harus kita fahami dalam hal ini. Hijrah adalah sebuah proses, bukan hasil atau tujuan. Di dalam prosesnya, manusia ini diuji oleh Allah dengan bermacam-macam hal. Ingat, hijrah adalah proses menjadi manusia baru yang baik tak peduli bagaimana buruk masa lalunya. Ujian, sesungguhnya adalah hijrah itu sendiri. Mari kita renungi ayat Allah di surat al ankabut 1-3.

الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)

Alif Laam Miim, Apakah manusia mengira kami akan meninggalkan begitu saja terhadap orang-orang yang berkata : ‘kami beriman’, padahal mereka belum kami uji, sungguh kaum-kaum sebelum mereka telah kami uji, maka itu untuk mengetahui mana yang benar-benar jujur keimanannya dan mana yang berbohong”.

Hijrah adalah alat Allah untuk menguji seseorang tersebut. Bener ngga’ nih dia mau jujur? Akhirnya, setiap manusia diuji dengan apapun. Semakin tinggi imannya, maka semakin tinggi pula ujiannya. Ketahuilah, bahwa ujian kita tidak seberat dan sekeras dari ujian yang dirasakan para nabi, apalagi nabi Muhammad SAW.

Termasuk juga diantara ujian dari hijrah adalah cibiran, cacian yang tak enak didengar oleh orang yang berhijrah. Terkadang kita dibuat gamang dengan hijrah kita. Pernahkah kita merasakan sakitnya dicibir ketika akan berbuat baik? Padahal berbuat baik juga belum menentukan kita sudah menjadi orang baik. Hanya berbuat baik itu bagian dar proses hijrah.

Disinilah ujian itu benar-benar terjadi, ketika kegamangan melanda kita. Syetan semakin kuat membuat ragu-ragu hati kita. Padahal proses hijrah ini baru benar-benar berhenti ketika kita meninggal. Akhirnya ada yang menyerah, dan kembali kepada kejahiliyahan. Tapi ada juga yang terus melanjutkan hijrahnya, walaupun dengan hati yang perih. Cibiran ini sebenarnya adalah tahapan yang paling rendah dari ujian Allah. Tapi banyak yang tidak sukses dalam menjalankan proses ini. Tahapan yang paling tinggi dari ujian hijrah ini adalah terlepasnya nyawa kita.

Saya teringat akan seekor kodok tuli yang mengikuti perlombaan panjat pinang. Ketika semua peserta menyerah karena mereka mengira bahwa tidak mungkin mendapatkan hadiah itu, disisi lain para penonton menyoraki untuk turun, karena memang mustahil. Tapi tidak bagi seekor kodok tuli tersebut. Ia mengira bahwa sorakan putus asa adalah sorakan semangat, karena memang ia tuli. Tidak bisa mendengar. Ia terus melangkah. Selangkah demi selangkah. Yang proses perjalanannya pun, kemudian para penonton menyemangati si kodok tuli tersebut, karena ia hampir sampai kepada tujuan tersebut.

Begitulah hijrah, diluar sana banyak orang-orang yang tidak tahu siapa kita namun seolah-olah mereka tahu siapa kita. Ketika kita mencoba untuk hijrah, disorakilah kita dengan nada-nada sinis, seolah-olah kita tidak mungkin menjadi manusia baru yang baik. Bahkan kitapun sudah terlanjur dicap sebagai orang yang jelek perilakunya. Jadilah seperti seekor kodok yang tuli. It’s never mind what they say. Anggaplah bahwa cibiran adalah tangga terindah untuk mendapatkan sesuatu yang indah.

Diakhirnya, pasti orang-orang akan melihat perubahan positif dari proses hijrah ini. Tidak ada hijrah yang merugikan. Ia pasti membawa dampak positif bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Buktikan bahwa kita mampu untuk hijrah dan biarkan mereka memandang sinis proses hijrah kita. Sakit dan perih, tapi diakhir ada surga yang menunggu kita.

Mari kita berhijrah, tak perlu diunjuk-gigikan kepada semua orang. Cukuplah Allah yang menilai. Hijrah adalah senantiasa menyibukkan diri dengan terus berbuat baik, sehingga kita tak punya waktu untuk berbuat hal yang buruk. Tak perlu menghilangkan perbuatan buruk kita, karena perbuatan buruk akan sedikit demi sedikit tertutupi dengan menyibukkan diri dengan berbuat baik.

“Bertakwalah kepada Allah dimana saja, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik” (Al Hadits)

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip 1 # Seri Ushul 'Isyrin

"Islam adalah sistem yang menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih." - pasal 1 Ushul 'Isyrin - Terlihat nampak jelas oleh kita, bahwa sesunguhnya pemikiran yang dibawa oleh Hasan al-Banna ini ketika diawal adalah memahamkan islam terlebih dahulu. Hasan al-Banna dengan berbagai intepretasinya, menegaskan bahwa sesungguhnya kehancuran islam adalah pemahaman yang lemah terhadap islam. Makanya disini beliau mengawali langkahnya dengan Syumuliyatul Islam. Kebencian orang-orang yang benci terhadap islam semakin membesar. Oleh karena itu, orang-orang yang benci terhadap islam menyeru agar orang-orang islam jauh terhadap agama

Prinsip 3 # Seri Ushul 'Isyrin

"Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap sebagai dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya" Ustadz Hasan al-Banna dalam pasal ini seolah mengatakan kepada kita bahwa kesempurnaan islam kita dengan berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah mempunyai efek samping yaitu Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah). Jadi Iman yang tulus, ibadah yang benar, mujahadah adalah efek samping dari kesempurnaan islam kita dengan landasan al-Quran dan as-Sunnah. Beliau juga menambahi bahwa Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah adalah cahaya bagi orang-orang yang keislamannya sudah sempurna. Ia juga sebuah kenikmatan yang ditan

Prinsip 10 # Seri Ushul Isyrin

Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian(dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil dan tidak juga memperuncing perbedaan yang terjadi diantara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami (Ali-Imron : 7)'" Permasalahan dalam pasal 10 ini adalah tentang penafsiran kepada ma'rifat kepada Allah. Permasalahan ini muncul ketika mulai bermunculan aliran-aliran aqidah dalam islam, mulai dari qadariyah yang sepenuhnya percaya adanya takdir Allah dan mereka percaya bahwa segala sesuatu itu skenarionya suda